BUKA MULUT

Close

 

Jangan Lupa

DAFTAR AGLOCO DI SINI!

Download Gratis!

FREE AGLOCO EBOOK di SINI!

July 25, 2013

Tata Danamihardja

How o you do?
Hot news: Yahoo news glmb ibavqqt
Tata Danamihardja


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 29, 2011

Melahap Informasi dari Sindikasi Berita

Perkembangan teknologi, termasuk internet, semakin lama semakin memudahkan kita, khususnya dalam menyerap informasi. Terlepas dari berbagai kontroversi yang menyertai perkembangannya, akselerasi akses informasi oleh publik sangat dipengaruhi dan sekaligus didorong oleh kemajuan teknologi.

Kalau dulu orang harus berlangganan lebih dari satu majalah atau koran agar tidak ketinggalan informasi, sekarang tidak lagi. Informasi yang masif dan murah bisa diperoleh lewat internet. Meski demikian, tetap saja diperlukan teknik yang cerdas untuk mendapatkan informasi tanpa harus membuka satu-satu berbagai situs yang dibutuhkan. Selain makan waktu, cara demikian juga tidak efektif dan melelahkan.

Teknologi RSS (Really Simple Syndication) memudahkan Anda mengumpulkan informasi yang Anda butuhkan di satu tempat. Ini jelas sangat menghemat waktu Anda. Jika biasanya Anda browsing ke sana kemari, dengan teknologi ini Anda cukup duduk dan memilah informasi ringkas yang memang Anda butuhkan. Waktu yang biasanya digunakan untuk browsing mencari berita terbaru misalnya, bisa digunakan untuk melakukan hal lain.

Browser yang beredar saat ini rata-rata dilengkapi dengan fitur untuk membaca RSS feed. Jika Anda menemukan situs yang menarik, Anda tinggal memasukan atau mencatat alamat RSS feed ke browser Anda. Dengan kata lain, Anda berlangganan informasi dari situs tersebut tanpa harus mengunjungi situsnya. Intinya, mengakses informasi dari berbagai situs di satu tempat: browser Anda.

Bagaimana kalau ini juga masih menyita waktu Anda? Ada cara yang lebih mudah. Anda tidak usah meng-input sendiri alamat situs tertentu untuk dimasukkan ke dalam fitur RSS di browser Anda. Ada beberapa situs yang saat ini memang mengkhususkan diri dalam mengumpulkan berbagai RSS (feed) di satu tempat. Anda tinggal mengakses situs tersebut, dan yang perlu Anda lakukan hanyalah mengecek dan memilah mana informasi yang Anda butuhkan. Jadi tak perlu lagi merambah (browsing) ke sana ke mari. Cukup memonitor di satu tempat.

Jika Anda tidak mau ketinggalan berita terbaru misalnya, Anda bisa mencoba mengunjungi situs Beritaku (http://www.facebook.com/beritaku). Di sini tersedia berbagai informasi dari puluhan media berita online terkemuka (detik, metro, media indonesia, kompas dll.). Anda bahkan bisa menonton berita televisi (TVOne, SCTV dll.) atau mendengarkan radio (BBC, Elshinta, Radio Nederland dll.) di mana pun Anda berada, dengan catatan ada koneksi internet tentunya.

Jika Anda penggemar sepakbola, Anda tinggal mengakses situs Info Bola (http://www.facebook.com/infobola...). Di situs ini, semua informasi tentang sepakbola dalam dan luar negeri tersedia secara gratis untuk Anda. Ingin mendalami Islam? Coba berkunjung ke situs 6666 Ayat Suci (http://www.facebook.com/6666AyatSuci). Bahkan untuk urusan informasi lowongan pekerjaan pun tidak sulit. Buka saja situs Lowongan Kerja (http://www.facebook.com/lowongankerja). Selain lowongan kerja yang di-update setiap hari, Anda juga bisa memperoleh berbagai tips seputar karir dan pekerjaan. Kalau Anda mencari-cari tips unik, silakan cari di Tips Unik (http://www.facebook.com/tipsunik).

Kesimpulannya, informasi bisa diperoleh dengan mudah saat ini. Dan ingat, ini adalah abad informasi. Siapa yang memiliki informasi, maka dialah yang lebih berpeluang menggenggam sukses. Manfaatkan kemudahan teknologi secara maksimal, jangan malah sebaliknya: Anda dimanfaatkan oleh teknologi. Biarkan situs-situs tersebut mencari dan mengumpulkan semua informasi untuk Anda. Sebab Anda pantas untuk mendapatkan yang terbaik. Dan yang termudah tentunya. (28092011)

Tata Danamihardja �2011

Anda diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh isi tulisan ini dengan syarat menyebutkan nama penulis dan tautan ke tulisan ini.


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

March 18, 2011

'MEMBACA' PUISI

oleh: Tata Danamihardja
 
'Membaca' puisi yang saya maksudkan di sini adalah merasakan, menikmati dan menilai sebuah puisi. Jadi, bukan membaca dalam arti mendeklamasikan puisi. Jangan pernah mengharapkan saya akan membedah secara teoretis soal itu, sebab dalam hal ini saya tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Yang saya lakukan hanyalah berbagi dengan Anda tentang apa yang saya lakukan dalam 'membaca' sebuah puisi, baik itu karya orang lain maupun tulisan sendiri.
 
Karena saya tidak berlatarbelakang pendidikan sastra, maka yang pertama bermain adalah rasa. Maksudnya porsi terbesar yang mempengaruhi penilaian saya adalah rasa, dan bukan segala teori yang tidak saya kuasai dan belum pernah saya pelajari. Apakah kata-katanya mengalir? Biasanya saya merasa agak terganggu dengan  kata-kata yang terlalu hebat meloncat-loncat, atau perpindahannya terlalu tajam dari satu simbol ke simbol yang lain. Ini bukan soal bagus atau jelek, melainkan hanya soal pilihan. Dan secara pribadi, hingga saat ini saya lebih memilih sesuatu yang tidak terlalu menyentak-nyentak.
 
Yang berikutnya adalah soal diksi atau pilihan kata. Dalam menulis puisi, saya lebih suka menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang tidak terlalu asing bagi orang kebanyakan seperti saya. Jika Anda mengenal lagu-lagu Chrisye yang ditulis oleh Guruh di tahun 80-an, syairnya banyak mengandung kata-kata dari bahasa Sanskerta. Meski secara keseluruhan saya sangat menyukai lagu-lagunya, tapi tetap saja bagi saya pilihan katanya adalah sebuah kegenitan. Perhatikan misalnya kata-kata dalam lagu Smara Dahana:
 
Ratih dewi, citra khayalku prana, dalam hidupku...
Andhika dewa, sirna duli sang smara, merasuk sukma...
 
Jujur, hingga saat ini saya hanya bisa menebak-nebak makna dari kata-kata tersebut. Puisi memang harus membuat orang berpikir, merenung, menjelajahi kedalaman makna. Tapi tentu tidak perlu sampai membuat orang mencari-cari toko buku yang menjual kamus Sanskerta :)
 
Familiar dengan lagu-lagu Iwan Fals? Perhatikan lirik-lirik lagunya yang bersahaja dan jarang mengada-ada. Meski tak pernah dijuluki penyair, saya memandangnya sebagai penyair. kata-katanya puitis dan menawarkan hal-hal yang baru. Membandingkan mata yang bulat indah dengan bola pingpong (dalam lagu Mata Indah Bola Pingpong) misalnya, bagi saya adalah simbolisasi yang baru dan orisinal. Saya juga tercengang dengan cara dia membandingkan (maaf) pantat dengan salak raksasa dalam lagu Guru Zirah. Seumur-umur, saya baru mendengar perbandingan yang seperti itu. Anehnya, apa yang dia lakukan tetap terasa wajar dan tidak mengada-ada. Makanya saya katakan dia menawarkan sesuatu yang baru.
 
Kalau soal puisi yang dijadikan lagu, maka Ebiet G. Ade adalah favorit saya. Dia memang penyair yang kebetulan diberi kelebihan lain: suara yang indah. Dia bahkan mampu menyajikan erotisme dalam bahasa yang halus, puitis dan santun dalam syair lagu Cinta di Kereta Biru Malam:
 
Semakin dekat aku memandangmu,
semakin tegas rindu di keningmu
Gelora cinta membara di pipimu
Gemercik hujan di luar jendela
Engkau terpejam bibirmu merekah
mengisyaratkan hasrat di tanganmu
Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
Penahan dingin di kereta Biru Malam
Kau nyalakan gairah nafsuku, kau hela cinta di dadaku
hm..
Kau ciptakan musik irama tra la la la la la la
Kau ciptakan gerak irama tra la la la la
Kau ciptakan panas irama tra la la la la la la
Kau ciptakan diam irama tra la la la la ha ha ha ha
la la la la hm hm la la la la hm hm la la la la
 
Bahkan bait ketiga yang sesungguhnya merupakan bagian 'paling panas' dituliskan Ebiet dengan simbol-simbol yang justru paling halus. Hebatnya, kata-kata yang dipilihnya justru kata-kata yang sederhana dan sering kita temukan dalam keseharian. Jauh dari kesan genit dan pamer.
 
Kembali ke soal 'membaca' sebuah puisi, yang tidak kalah pentingnya bagi saya adalah soal menuliskan kata dengan benar. Ini penting bagi saya untuk membantu memudahkan dalam memahami makna secara keseluruhan. Logikanya, bagaimana kita bisa memahami makna puisi dengan baik jika kita masih harus disibukkan dengan memikirkan ejaan yang salah, kata-kata yang disingkat dll. Paling tidak, agar tulisan kita bisa dinikmati dengan baik, kesalahan-kesalahan seperti ini harus ditekan seminimal mungkin.
 
Terakhir, yang harus menerus saya katakan berulangkali, ini bukan tutorial apalagi teori yang wajib Anda patuhi. Saya bukan orang yang pantas untuk melakukan itu. Apa yang saya tuliskan di sini hanyalah apa yang ada di dalam otak saya saat ini, berdasarkan apa yang saya serap dari apa yang ada di sekitar saya. Apa yang saya lihat, apa yang saya dengar, apa yang saya baca, apa yang saya alami, apa yang saya pahami. Jadi bisa saja ada benarnya, tetapi yang pasti akan sangat banyak salahnya. Dan perkara dibaca orang atau tidak, sejujurnya itu sama sekali bukan urusan saya.
 
Maka jika Anda sudah terlanjur membaca sampai di sini, Anda tak perlu menjadi ragu atau takut  untuk menulis sesuatu. Bahkan kalau Anda sama-sama pemula seperti saya, harusnya kita menjadi lebih terdorong untuk mencoba hal-hal baru tanpa rasa takut. Toh yang membaca kan kita-kita juga. Saling berbagi, baik langsung atau tidak, akan membuat proses belajar menjadi lebih cepat dan menyenangkan.
 
Ayo terus menulis!
 
17/02/2011
 
Tata Danamihardja © 2011
 
Anda diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh artikel ini dengan menyebutkan sumbernya serta menyertakan link yang mengacu ke posting ini.
 
 
 


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

February 19, 2011

SUNDA BITEL: THE BEATLES LOCALIZATION

 
In the era of global village, localization seems to be a must. Many global businesses have done this to push their sales. When you do some business in foreign country, you  have to localize your products so that your local consumers understand them in their local taste. One of the way to localize is to promote your product in local language.
 
But you see, I'm not talking about business or promotion. Moreover, this is about The Beatles which is no need promotion in such a way anymore. They have been famous all over the globe. So, what I'm gonna talk about is non-commercial localization of the Beatles' songs. And this is done by an Indonesian group called Sunda Bitel.
 
The name of the group itself is localized. Bitel [beetl] seems to be a common pronunciation of Beatles in Indonesia. This group consists of four Sundanese people, a second biggest tribe among various existing tribes. Then they name the group Sunda Bitel meaning Sundanese Beatles.
 
They actually play The Beatles songs in Sundanese language. Uniquely, the songs sounds similar with the original (English) version because they don't translate the songs. They only transfer similarity of pronouncing. For instance, I'll Follow The Sun is localized to be Ka Toko Hasan. It has no relation at all in meaning but sounds very similar.
 
So far, they have localized more than forty songs. And it is interesting to find an alternative way in listening to great Beatles' songs. To hear how Sunda Bitel sings The Beatles songs in Sundanese language, please visit http://www.facebook.com/sundabitel.
 
Tata Danamihardja © 2011


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

November 21, 2010

BERBURU TEMAN

Agak ngeri ya mendengarnya? Tapi tentu saja berburu di sini tidak seperti berburu di hutan. Tidak ada darah, tidak ada tembakan. Ini hanya istilah saya saja, melihat banyaknya orang yang berlomba-lomba menambah jumlah teman dalam friend list mereka di Facebook. Cuma kaget saja, soalnya orang yang bukan siapa-siapa, bukan artis, bukan selebritas, bisa memiliki ribuan teman dalam friend list mereka dalam waktu sekejap :)
 
Tapi bukankah peribahasa mengatakan memiliki 1000 teman masih kurang, dan memiliki musuh satu sudah terlalu banyak? Betuul, saya sangat setuju dalam hal ini. Tapi mari kita coba melihatnya secara lebih jernih. Jika dalam friend list Anda terdapat 1000 nama, kenalkah Anda dengan mereka semua? Maksud saya apakah Anda mengenalnya secara dekat layaknya seorang teman di dunia nyata? Silakan dijawab secara jujur dan tak perlu diucapkan. Simpan saja jawabannya dalam hati.
 
Saya tidak menafikan kenyataan bahwa banyak di antara teman-teman saya di dunia maya yang ternyata juga berkembang menjadi teman baik saya di dunia nyata. Tapi jika diprosentasikan, jumlahnya tidak lebih dari 10%. Sisanya adalah teman-teman lama ditambah teman-teman yang sekedar kenal nama, sekedar teman untuk ber "say hello", serta berbasa-basi alakadarnya. 
 
Lalu apa salahnya dengan hal itu? Sudah tentu tidak ada yang salah. Bukankah tadi juga sudah saya katakan bahwa memiliki 1000 teman itu masih kurang? Yang salah adalah jika menambah jumlah teman dalam friend list menjadi tujuan, demi mendapatkan pujian bahwa kita memiliki banyak teman, bahwa kita populer, bahwa kita terkenal, dsb. Jika Anda memiliki banyak teman karena sifat Anda membuat senang banyak orang, itu sebuah anugerah. Tetapi jika Anda berburu teman, meng-'add' orang secara membabi buta, maka dengan sangat menyesal Anda saya masukkan ke dalam kategori 'gila hormat', gila popularitas, norak, dan seterusnya.
 
Saya jadi teringat ketika pertamakali ngeblog beberapa tahun lalu. Saya ngeblog di blogspot, yang waktu itu masih versi lama. Blogspot memang tidak dirancang sebagai social network, dan lebih cenderung menjadi jurnal pribadi untuk menyalurkan keinginan menulis. Meski demikian, para pengguna blogspot juga, seperti juga di dunia nyata, berinisiatif mengembangkan sendiri jaringan sosial. Caranya tentu serba manual, karena situs blog ini memang tidak diperlengkapi dengan tool untuk menciptakan network.
 
Jika kita tertarik dengan tulisan seseorang di blog lain, dan ingin menjadikan pemilik blog itu sebagai teman, biasanya kita memperkenalkan diri terlebih dahulu, baik melalui komentar di blognya, mau pun lewat email. Setelah itu baru kita mengutarakan niat kita untuk menambahkannya di blog roll kita. Seolah ada semacam kesepakatan tidak tertulis, orang yang namanya kita tambahkan di blog kita juga akan akan menambahkan nama blog kita di blog roll miliknya. Istilahnya adalah reciprocal link. Cara ini, selain mempererat pertemanan, juga dipercaya akan meningkatkan indeks blog masing-masing pada mesin pencari. Jangan lupa pula, proses menambahkan teman ke blogroll ini juga dilakukan secara manual.
 
Barangkali karena caranya yang agak ribet tadi maka pertemanan yang terjalin dengan cara ini lebih terasa erat. Hal yang sama juga terjadi jika kita menggunakan blog di wordpress, blogsome, atau yang lainnya. Baru setelah itu muncul blog dengan pendekatan social networking semacam Friendster atau juga Multiply. Meski proses menambah teman menjadi lebih mudah, namun penekanan utamanya masih lebih kepada fungsi blog sebagai jurnal pribadi. Memelihara kualitas konten masih menjadi 'dagangan' nomor satu. Maksud saya, semakin bagus dan menarik tulisan-tulisan kita, semakin mudah pula kita mendapatkan banyak teman.
 
Seiring perkembangan, muncullah apa yang dinamakan micro-blogging. Maksudnya kurang lebih ngeblog tapi isinya sangat ringkas. Kalau blogging konvensional melakukan update seminggu sekali saja sudah bagus, maka dengan micro-blogging update bisa dilakukan nyaris setiap saat. Dulu saya merasa nggak pede kalau menulis di blog hanya 10 atau 20 kalimat, dalam micro-blogging kita justru didorong untuk menulis sedikit saja. Micro-blogging ini dipopulerkan oleh antara Twitter dan Facebook. Selain menulis ringkas, micro-blogging ini juga difasilitasi dengan cara menambah jaringan (baca: teman) yang serba mudah dan otomatis. Tak ada lagi proses manual dalam menambah teman ke dalam friend list kita. Tinggal klik, semuanya beres.
 
Barangkali karena kemudahan inilah, maka kita sering menemukan apa yang saya sebut sebagai pemburu teman. Saya menduga bahwa tidak ada yang mereka lakukan selain menambah jumlah teman dalam friend list mereka. Anehnya, mereka yang tergolong pemburu teman ini sebagian besar adalah pemain baru, yang tidak pernah merasakan susahnya menambah teman di era blogging konvensional. Mereka yang sudah lama ngeblog kelihatannya malah tidak terlalu antusias untuk menambah friendlist mereka.
 
Lalu apakah kita tidak boleh menambah teman? Tentu saja sangat boleh. Semakin banyak teman, semakin berharga hidup kita di dunia ini. Yang penting, jangan menambah teman hanya untuk memajang nama mereka demi popularitas kita, agar dipuji sebagai orang yang memiliki banyak teman. Memiliki sedikit teman dengan kualitas pertemanan yang baik, akan lebih bermanfaat. Namun yang terbaik tentu saja jika kita memiliki banyak teman, dengan kualitas pertemanan yang juga baik, dan bukan sekedar teman yang dimanfaatkan untuk dipajang dalam friendlist kita.
 
Tulisan ini juga bisa Anda baca di http://www.facebook.com/kangtata/ 
 
Copyright 2010 - Tata Danamihardja
 
Anda diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh artikel ini dengan menyebutkan sumber dan nama penulis.
 
 


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

November 09, 2010

Pahlawankah Kita?

oleh: Tata Danamihardja
 
Apa sih definisi pahlawan? Jawabannya mungkin akan sangat beragam. Tapi buat saya sederhana: orang yang berjasa. Itu saja. Ya, itu saja, tanpa embel-embel ini itu. Jadi, pada prinsipnya, semua orang bisa jadi pahlawan. Orang tua yang membesarkan kita, tetangga yang sering membantu kita, para guru yang telah mengajar kita, teman-teman yang telah menyenangkan kita, tukang becak yang mau-maunya mengantar kita, sopir angkot yang menolong kita merasakan nikmatnya naik mobil tanpa harus membeli, dan sebagainya. Bahkan saya pun menjadi pahlawan bagi saya sendiri, karena saya berjasa telah berusaha menjadikan diri saya seperti sekarang ini.
 
Siapa bilang pahlawan itu tanpa pamrih, tanpa mengharapkan apa-apa? Yang tidak pernah mengharapkan balasan hanya Allah Swt. Sementara manusia, sekecil apa pun pasti mengharapkan akibat yang baik dari apa yang dilakukannya. Bukankah berharap timbulnya akibat baik dari apa yang kita lakukan adalah pamrih? Saya mencari uang dengan harapan bisa bertahan hidup, tetap sehat, dan tidak tergantung kepada orang lain. Orang tua membesarkan kita dengan harapan anak-anaknya bisa mandiri dan hidup layak. Tukang becak mengantar kita, sudah jelas berharap dibayar, karena jika tidak, mana mau mereka mengantar kita sampai napasnya ngos-ngosan? Bahkan kita beribadah pun pasti dengan harapan - minimal- ibadah kita diterima.
 
Jadi secara prinsip, setiap orang adalah pahlawan. Yang membedakannya adalah kualitas dari kepahlawanan seseorang, berdasarkan pada akibat dari tindakan yang dilakukannya. Semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya, semakin tinggi pula tingkat kepahlawanannya. Orang tua saya mungkin bukanlah pahlawan bagi Anda, karena apa yang mereka lakukan tidak memberi manfaat apa-apa bagi diri Anda. Sebaliknya, bagi saya mereka adalah pahlawan besar karena telah menjadikan saya seperti sekarang ini. Para pejuang kemerdekaan adalah pahlawan bagi bangsa Indonesia. Sebaliknya, bagi negara-negara yang menjajah kita, mereka adalah musuh yang harus ditumpas habis.
 
Maka, ketika gelar pahlawan menjadi sesuatu yang harus disahkan secara seremonial formal oleh penguasa, bagi saya pribadi hal itu merupakan penurunan derajat makna pahlawan. Apalagi jika yang terjadi adalah mengusulkan gelar pahlawan demi kepentingan politik, atau kepentingan-kepentingan dangkal lainnya. Mohammad Toha yang sampai sekarang tidak diakui negara sebagai pahlawan nasional, buat saya dan mungkin sebagian orang tetap seorang pahlawan. Kontribusinya bagi kemerdekaan Indonesia rasanya tak perlu diragukan lagi. Soal negera mengakui atau tidak, itu persoalan yang berbeda.
 
Makanya saya setuju dengan sikap Sultan Yogya yang menyatakan menolak gelar pahlawan bagi Sri Sultan Hamengkubuwono IX jika prosesnya adalah melalui pengajuan usulan dari keluarga. Pahlawan adalah pahlawan. Diakui negara atau tidak, tetap pahlawan. Meminta gelar pahlawan kepada pemerintah persis seperti kelakuan pengemis yang meminta sedekah. Pahlawan yang sesungguhnya hanya melakukan apa yang mereka anggap bisa mendatangkan kebaikan bagi sebanyak mungkin orang. Dan satu-satunya pamrih yang diharapkan pahlawan sejati adalah keridlaan Allah Swt.
 
Selamat merayakan Hari Pahlawan, sambil merenungkan apa yang sudah kita lakukan hingga saat ini.
 
Copyright 2010 - Tata Danamihardja
 
Anda diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh artikel ini dengan menyebutkan nama penulis serta sumbernya.
 
 


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!