BUKA MULUT: OBITUARY 9 RAMADHAN 1426

Close

 

Jangan Lupa

DAFTAR AGLOCO DI SINI!

Download Gratis!

FREE AGLOCO EBOOK di SINI!

October 03, 2006

OBITUARY 9 RAMADHAN 1426

"Kalau kamu dipinjemin barang, terus suatu saat barang tersebut diminta kembali oleh yang punya barang, kamu sedih nggak?" Itu kalimat pertama kakakku ketika ngasih tahu istrinya bahwa mertuanya meninggal. Ya, mertuanya iparku itu adalah ibuku. Ibuku yang sangat aku sayangi. Ibuku, yang aku temani melewati hari-hari tuanya di sebuah kampung nan tenteram berhawa sejuk.
 
Sebuah perumpamaan yang sangat bagus. Kalau Yang Maha Memiliki berkeinginan mengambil kembali miliknya, apakah kita berhak menolak? Berhak marah? Berhak sedih? Jawaban logisnya tentu saja kita tidak berhak. Toh kita hanya diberi pinjaman, dan bukan untuk memilikinya. Jika sampai waktunya diambil, kita harus ikhlas, harus rela, mengembalikan apapun yang ada pada kita, karena semua itu hanya pinjaman.
 
Tapi juga sangat manusiawi, jika kita merasa sedih ketika orang-orang yang kita sayangi harus pergi dari kehidupan kita untuk selama-lamanya. Perasaan memiliki yang sesungguhnya semu itu telah menipu kita, sehingga kita merasa menjadi orang yang paling berhak untuk menentukan kapan saatnya seseorang diambil dari sisi kita. Sedihkah aku? Itu yang kurasakan saat ini.
 
Di usianya yang ke 79, dengan kondisi yang terhitung sehat, aku merasa bahwa ibuku tidak sepantasnya meninggal begitu mendadak dan tiba-tiba. Tapi siapakah aku sehingga bisa-bisanya merasa berhak mengatur apa yang tidak sepantasnya kuatur? Menentukan kematian seseorang adalah salah satu hak prerogatif Allah SWT. Jadi sungguh tak pantas jika aku bertindak seolah-olah akulah pemiliknya, ketika 9 Ramadhan 1426 (2 Oktober 2006) lalu ibuku dipanggil oleh Yang Maha Memiliki.
 
Saat-saat yang sering kukenangkan saat ini adalah ketika menemani ibuku duduk-duduk di ruang tamu, sambilmelihat orang yang lalu lalang di jalan depan rumah. Sejak kemampuan penglihatannya berkurang, ibuku tidak bisa lagi menikmati kesukaannya membaca. Dan itu dialihkandengan melihat orang lalu lalang.
 
Sering apa yang terlihat di jalan secara tak sengaja memicu ingatan beliau ke masa lalu. Maka meluncurlah cerita-cerita masa lalunya yang kadang-kadang membuat kami tertawa bersama. Atau bahkan sama-sama merasa sesuatu yang hangat di mata, ketika bercerita bagaimana susahnya hidup ibuku dan ayahku di masa lalu. Beberapa tahun belakangan ini aku memang anaknya yang paling sering menemani ibuku, sejak aku tidak lagi kerja.
 
Kini semua itu sudah berlalu. Aku tak akan bisa lagi mendengar celoteh ibuku yang di usia setua itu masih tetap bening dan terdengar jelas. Atau suara ketawa ibuku ketika aku menceritakan sesuatu yang dianggapnya lucu. Atau ketika ibuku berkeluh kesah dan mengadu ketika ada sesuatu yang membuatnya sedih atau marah. Atau ketika ibuku memintaku memijitinya. Atau ketika ibuku meminta dibacakan doa di gelas minumnya, supaya beliau merasa lebih nyaman.
 
Tapi kenangan itu tak akan pernah pupus dari ingatanku. Sungguh aku tak bisa melupakan semua itu. Biarlah kami tidak bersama-sama lagi secara fisik. Aku tetap bisa menikmati suasana itu, meski pasti selalu berujung dengan kegetiran ketika akhirnya sadar bahwa itu hanya kejadian di masa lalu.
 
Betapa pun, aku harus berusaha untuk bisa memahami filosofi 'barang pinjaman', seraya menggumamkan doa, semoga ibuku diterima segala amal ibadahnya, serta mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Amin ya Robbal 'Alamin.
 
Nestapa masih menggantung di langit-langit kamarku.


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

8 Comments:

At 10/03/2006 09:59:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Wah.. mirip kisah Sahabat Rasulullah yang anaknya meninggal

 
At 10/03/2006 11:27:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Amiin.. Mudah-mudahan saya bisa termasuk orang yang bisa memuliakan orang tua meski dengan kemampuan seadanya..

 
At 10/04/2006 08:19:00 am, Anonymous Anonymous said...

sabar ya kang...

saya turut berduka dan turut berdoa...

 
At 10/04/2006 11:57:00 pm, Anonymous Anonymous said...

makasih yaa..acha

 
At 10/05/2006 06:19:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Ikhlasin ya, Kang.. Doa anak yang sholeh insya Allah jadi alat penghubung..

 
At 10/05/2006 08:13:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Amiin..thank you yaa..Riana.

 
At 10/06/2006 10:58:00 am, Anonymous Anonymous said...

Ta, sabar ya... Kehilangan orang tua yang sangat kita cintai memang menyedihkan. Insya Allah dengan doa yang ikhlas, akan menenangkan hati..

 
At 10/06/2006 12:48:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Amiin..Nuhun Pe. Sok atuh geura bikin blog tea.

 

Post a Comment

<< Home