BUKA MULUT: TARAWIH

Close

 

Jangan Lupa

DAFTAR AGLOCO DI SINI!

Download Gratis!

FREE AGLOCO EBOOK di SINI!

September 28, 2006

TARAWIH

Di bulan Ramadhan, semua aktivitas ibadah dilipatgandakan pahalanya. Bukan hanya ibadah ritual, melainkan juga ibadah-ibadah sosial. Bulan penuh rahmat, bulan penuh pahala, atau dalam tulisan saya beberapa waktu lalu, diibaratkan sebagai bulan 'The Greatest Big Sale'. Dibulan inilahkita berkesempatan untuk menutup bolong-bolong di bulan-bulan sebelumnya.
 
Salah satu ibadah yang menjadi etalase di bulan Ramadhan ini adalah sholat tarawih, yakni salah satu sholat sunat malam yang dilakukan secara berjamaah. Yang sehari-harinya males sholat berjamaah di mesjid, biasanya menjadi rajin di bulan ini. Entah kenapa, barangkali memang merupakan salah satu barokah bulan Ramadhan.
 
Sayangnya, semangat 45 ini kadang-kadang terusik oleh ketidaknyamanan berkaitan dengan pelaksanaan sholat tarawihnya itu sendiri. Di lingkungan tempat saya tinggal, entah kenapa setiap habis salam, mengucapkan shalawat, lalu orang-orang berteriak mengucapkan sesuatu yang nggak jelas. Ada yang kedengarannya 'salimoleh' ada yang 'salamun alaih', bahkan ada yang cuma teriak kenceng 'eehhh...!!' Jadi ketika misalnya melaksanakan tarawih 23 rakaat, maka saya akan mendengar sekitar 10 teriakan dalam satu malam. Berarti selama bulan Ramadhan saya akan mendengar kurang lebih 300 kali teriakan di sela-sela sholat Tarawih. Dan asal tahu saja, ini yang melakukannya adalah orang-orang dewasa dan bahkan kakek-kakek..
 
Terus terang, buat saya ini sangat mengganggu. Kita mencoba khusyuk dan nggak peduli, tapi tetep nggak bisa. Herannya, lembaga MUI yang sekarang bahkan ada di tingkat desa, rasanya kok saya belum melihat perannya untuk membenahi hal-hal seperti ini.
 
***
 
Masih terkait aktivitas tarawih. Setelah sholat Isya, sebelum tarawih, biasanya disampaikan ceramah singkat, kurang lebih 10 menit. Penceramahnya lumayan bagus, meskipun nggak ganti-ganti. Jadilah dia punya jabatan rangkap, imam sholat Isya dan Tarawih, sekaligus penceramah. Yang agak aneh buat saya adalah, ketika berceramah, beliau ini tidak pernah menatap mata mustami/jamaah. Jadi kebayang kan, kita berhadap-hadapan, tapi pak ustadznya nunduk terus sepanjang ceramah:-) Masak sih Pak Utadz malu sama kita-kita?
 
Ini juga barangkali salah satu PR buat MUI. Bagaimana meningkatkan kualitas SDM - termasuk soal-soal kecil seperti ini, bagaimana meluruskan tata cara beribadah sesuai tuntunan Nabi, dan sebagainya, terutama di pelosok dan kampung-kampung yang barangkali selama ini terlupakan. Dengan demikian mudah-mudahan semuanya akan lebih bisa menikmati suasana ibadah dengan penuh kekhusyukan, karena kita menjalankannya dengan benar, sesuai perintah agama. Selain soal terganggu secara pribadi, bukankah sesungguhnya berburu pahala pun harus dengan cara yang baik dan benar? 

 
SundaBlog


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home