BUKA MULUT: Pemimpin Belajar Bicara

Close

 

Jangan Lupa

DAFTAR AGLOCO DI SINI!

Download Gratis!

FREE AGLOCO EBOOK di SINI!

February 10, 2007

Pemimpin Belajar Bicara

Pemimpin memang harus hati-hati dalam berbicara. Soalnya, yang mendengar bukan cuma satu dua orang, melainkan banyak. Apalagi jika pemimpin bertaraf nasional, ucapannya akan dikutip media, dan yang mendengarnya seluruh warga negara Indonesia.
 
Ketika Aburizal Bakrie mengatakan bahwa banjir Jakarta tidak perlu dibesar-besarkan, maka semua orang Indonesia mendengarnya. Maka turunlah hujan kecaman. Bukan cuma warga Jakarta yang merasa tersinggung, tapi juga semua orang yang merasa bahwa ucapan seperti itu kurang pantas keluar dari mulut seorang pemimpin.
 
Haruskah banjir yang menelan puluhan nyawa dan dan entah berapa milyar kerugian materi ini dianggap sesuatu yang biasa? Bukannya memberi semangat kepada mereka yang sedang ditimpa musibah, ucapan tersebut malah terkesan melecehkan dan menganggap remeh apa yang sedang dialami oleh sebagian saudara kita, khususnya yang ada di Jakarta.
 
Kita tidak tahu apa yang sesungguhnya melatarbelakangi ucapan yang tidak simpatik tersebut. Namun saya melihat bahwa persoalannya adalah perbedaan cara pandang serta latar belakang kehidupan Pak Menteri ini yang memang berbeda dengan kita orang kebanyakan. Dia mungkin tidak pernah merasakan bagaimana pahitnya mengalami penderitaan. Dalam bahasa yang lugas, dia tidak pernah merasakan bagaimana menjadi orang miskin yang dihajar bencana.
 
Karena latar belakang yang berbeda itulah, maka ada yang tidak terasah dalam dirinya: empati. Bagaimana menghargai perasaan orang lain - apalagi yang sedang ditimpa musibah - itu yang mungkin tidak pernah - atau tak sempat - dia pelajari.
 
Kalau begitu, apakah seorang pemimpin memang harus yang pernah menjadi orang miskin? Ah, nggak juga, karena siapa tahu bekas orang miskin yang jadi pejabat justru akan lebih 'sok kaya' dari orang yang memang terlahir sebagai orang kaya. Tidak sedikit bukti di sekitar kita yang menunjukkan betapa banyak orang yang berusaha menutupi masa lalunya karena takut ketahuan dirinya bekas orang miskin. Jadi, bekas orang miskin saja tidak menjamin.
 
Yang lebih penting adalah mau belajar untuk menrasakan penderitaan orang miskin, sehingga dengan demikian bisa lebih menghormati mereka dan lebih beradab dalam bersikap dan berbicara.
 


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home