BUKA MULUT: Inferiority Complex Orang Sunda

Close

 

Jangan Lupa

DAFTAR AGLOCO DI SINI!

Download Gratis!

FREE AGLOCO EBOOK di SINI!

October 21, 2009

Inferiority Complex Orang Sunda

Konon, suku bangsa Sunda berada di urutan kedua terbesar setelah Jawa dalam soal jumlah. Tapi soal kebanggaan menjadi orang Sunda, masih perlu dibuktikan. Paling tidak, ada beberapa hal yang kemungkinan menjadi indikasi lunturnya kebanggaan menjadi orang Sunda. Keengganan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu adalah salah satunya. Banyak pasangan muda Sunda yang lebih memilih berkomunikasi dengan anak-anaknya menggunakan bahasa Indonesia. Jika kecenderungan ini meluas, saya khawatir dalam sekian puluh tahun ke depan akan muncul generasi manusia Sunda yang tercerabut dari akar budaya Sunda, dan teralienasi di lingkungan budayanya sendiri.
 
Bayangkan, suatu saat akan muncul remaja-remaja Sunda yang palahak-polohok dan sama sekali tidak memahami percakapan yang dilakukan dalam bahasa Sunda. Bahkan hal itu sudah sering saya temukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak ada tindakan antisipatif dari orang Sunda sendiri, bukan tidak mungkin, suatu saat bahasa Sunda akan lenyap dan tidak lagi digunakan oleh orang Sunda. Jika hal itu benar-benar terjadi, maka jangan heran jika ada yang mengatakan bahwa suku Sunda adalah suku yang paling tolol di dunia! Apalagi yang lebih bodoh daripada tidak bisa menjaga bahasanya sendiri?
 
Kecenderungan merasa rendah diri alias mengidap inferiority complex sebagai orang Sunda, juga bisa dilihat dari beberapa hal kecil yang mungkin seringkali luput dari perhatian kita. Misalnya:
 
1. Menulis kata euy menjadi uy
 
Kelihatannya sepele, padahal suatu saat bisa menjadi masalah serius. Bahasa Sunda memiliki lambang bunyi yang khas dan tidak terdapat dalam bahasa lain. Salah satunya adalah bunyi eu ini. Kata-kata peuyeum, beureum, peureup, dan euy misalnya, ditulis menggunakan lambang bunyi tersebut (eu). Jadi, kenapa harus mengikuti gaya orang lain? Kita toh memiliki lambang bunyi sendiri untuk menuliskannya.
 
2. Menulis kata nya menjadi nyak
 
Ini pengaruh orang Jawa, yang cenderung melenyapkan bunyi huruf k di ujung kata. Misalnya: Teu kenging bangor nya ditulis Teu kenging bangor nyak. Aneh kan?
 
3. Menulis kata haneut menjadi haneud
 
Juga pengaruh Jawa, biasanya membaca huruf d di ujung kata menjadi t. Misalnya UNPAD dibaca UNPAT.
 
Contoh-contoh lainnya bisa Anda cari sendiri, dengan syarat: mau jujur terhadap diri sendiri. Kalau tidak, maka yang muncul adalah sikap defensif dan mencari-cari alasan pembenaran terhadap apa yang Anda lakukan. Ingat, bahasa adalah kunci untuk menguasai budaya suatu (suku) bangsa. Dengan demikian, posisinya menjadi sangat vital dalam pelestarian budaya.
 
Bahasa Sunda memilik aturan sendiri. Jadi kenapa pula kita harus tunduk pada aturan orang lain yang belum tentu lebih bagus? Parahnya lagi, ketika kita melakukan kesalahan-kesalahan kecil tadi, tidak ada seorang pun yang memaksa kita. Kita melakukannya secara sukarela, karena alasan entah apa. Yang jelas, alasan yang paling mungkin adalah inferiority complex tadi. Kita merasa tidak percaya diri untuk menunjukkan jatidiri kita sebagai orang Sunda.
 
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari inferiority complex alias rasa minder atau rasa rendah diri:
  1. Tanamkan dalam diri kita bahwa Sunda adalah yang terbaik. Masa sih kalah oleh etnis lain dalam mencintai budaya Sunda? Nama-nama Tan Deseng, Anis Jatisunda, Becki (sinden bule) dll., menjadi bukti bahwa Sunda memiliki banyak hal adiluhung yang membuat mereka yang notabene berasal dari etnis dan bangsa lain mengakui kualitas budaya Sunda. Tidak malukah kita melihat 'orang lain' lebih mencintai Sunda dibanding orang Sunda?
  2. Pelihara bahasa Sunda. Tadi sudah saya katakan bahwa bahasa merupakan kunci untuk menguasai budaya. Maka bahasa Sunda menjadi sangat penting, sekaligus menjadi identitas yang menegaskan bahwa kita adalah orang Sunda. Caranya? Ajarkan bahasa Sunda kepada anak-anak kita, jadikan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu. Jangan takut di cap kampungan! Yang kampungan adalah mereka yang malas mengajarkan bahasa Sunda kepada anak-anaknya. Tidak malukah Anda melihat anak-anak kita palahak- polohok dan geblah-gebloh mendengar orang yang bertutur dengan bahasa Sunda padahal mereka adalah orang Sunda asli? Jawablah dengan hati kecil Anda!
  3. Ingat, lidah orang Sunda sangat fleksibel, sehingga dengan menguasai bahasa Sunda, kita akan jauh lebih mudah dalam mempelajari bahasa lain. Jangan pernah percaya dengan mitos yang mengatakan orang Sunda sulit membedakan bunyi p dan f. Saya sendiri orang Sunda asli, dan tidak pernah mengalami kesulitan dengan hal itu. Sebaliknya, mempelajari bahasa Sunda jauh lebih sulit dibanding mempelajari bahasa lain. Jadi, letakkan dulu bahasa Sunda sebagai dasar (bahasa ibu), setelah itu bebas untuk mempelajari bahasa lain (bahasa kedua: Indonesia, Inggris, Prancis dll.).
Percayalah, mencintai Sunda, berbicara dengan bahasa Sunda, mengajarkan anak-anak kita berbahasa Sunda, tidak akan menjadikan derajat Anda turun atau membuat Anda jatuh miskin. Orang justru akan lebih menaruh respek kepada Anda. Pokoknya, jangan mau menjadi orang yang memiliki andil dalam membuat generasi Sunda mendatang geblah-gebloh dan palahak-polohok. Setuju?
 
Copyright 2009 - Tata Danamihardja
 
Anda diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh artikel ini dengan menyebutkan sumbernya serta menyertakan link yang mengacu ke tulisan ini.


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

3 Comments:

At 11/25/2009 08:42:00 am, Anonymous Anonymous said...

Kalo bapak jawa ibu sunda gimana mas..? aku sudah blajar sunda gak bisa-bisa.. he.. he.. masih palahak palohok, plolang plolong (jawa)
tapi kita harus bisa bicara mas.. karena banyak manfaantnya silakan mampir di mulut media lebih efektif sama ini diam bisa gak laku terimaksih

 
At 4/02/2010 05:44:00 pm, Blogger Unknown said...

abdi reueus janten urang sunda pang pangna sa atos di ajar elmu geografi di sakola baheula, yen ngaran sunda teh tos ngadunya (sunda besar jeung sunda kecil), komo mun huruf INDONESIA teh direcah jadi INI SOENDA, tah kumaha teu reueus yen tos aya cicirin dina huruf - sugan jaga anak incu ti sunda bakal nyangking kalungguhan jadi pamimpin indonesia nu bakal ngaraharjakeun rakyatna! AMIN.

 
At 3/30/2014 03:40:00 pm, Blogger Aya said...

abi asalna teu tiasa basa sunda. da ku pun biang tara diajarkeun. ngan pas SMA rerencangan teh ngawangkongna ku basa sunda. jadi weh tiasa. dugi ka ayeuna basa sunda abi janten sae. :) :) :)

 

Post a Comment

<< Home