Kenalin, Saya Presiden RDI...
"Apa itu RDI?" Busyet, pake nanya! Bener-bener nggak gaul ni orang. Emangnya elo tinggal di mana hah? Warga Republik Dongeng Indonesia bukan sih? Manggut-manggut. Entah sadar, entah sekedar basa basi. "Anda presidennya?" Ya ampuun, masa nggak percaya sih? Tapi.. wajar saja orang nggak percaya kalau aku jadi presiden RDI saat ini. Wong jadi RT aja belum pernah.. Tapi ini kan hasil proses demokrasi yang sah dan meyakinken. Toh sekarang ini juga banyak pejabat yang kayaknya sih jadi RT saja belum pernah! Hah? Masa sih? (mangap..!) Eeh, nggak percaya.. Lihat aja.. Beda kan, orang yang biasa memimpin dan yang nggak? Minimal, yang berpengalaman memimpin biasanya tahu membedakan mana ucapan yang pantas dikonsumsi publik, mana yang nggak. Jadi nggak bakalan asal 'njeplak kayak si bapak yang itu tuh! Lho itu kan bukan presiden! Apa hubungannya? He..he..dia kan temennya presiden juga..
Jadi? Ya sudahlah, pokoknya aku terima jabatan presiden ini dengan maskawin seperangkat alat band..eh alat kontrasepsi.. eh alat masak..(eh lagi),..alat ANTI KORUPSI! Ini penting sodarah-sodarah! Kenapa penting? Alasannya bisa diketahui kalau kalian terus membaca sampai tamat.
Kalau Bung Karno dulu, perintah pertamanya setelah dilantik jadi Presiden adalah "Panggil tukang sate!", lalu makan dengan tahap, maka perintah pertamaku adalah, "Beli kolor baru!" (isinya dijamin nggak di-upgrade, apalagi diganti!). Wah gawat! Masa pemimpin mikirnya cetek begitu? Urusan kolor kan bukan urusan presiden, itu urusannya nyonya presiden. Eit, siapa bilang? Ini jelas-jelas masalah mendasar, menyangkut kredibilitas seorang presiden. Mau nggak punya presiden kolornya bolong-bolong? Ayo jawab, mau nggak? Nah, asal tahu saja, kolor presidenmu (ala BlogFam) ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Jadi, demi kehormatan negara dan bangsa, ijinkanlah aku mengganti kolorku yang sudah tidak layak pakai ini dengan yang baru. Jangan khawatir, ini uang pribadi kok.
Begitu urusan kolor sudah beres, baru bisa mikir lebih jernih.
Lihat..lihat..sodarah-sodarahku! (jangan lihat kolorku..) Negara ini sedang mendapat ujian (nggak pake nasional, tapi sama-sama bisa bikin nangis banyak orang). Belum beres soal pemberantasan korupsi yang kelihatannya semakin menjadi-jadi, bencana alam datang beruntun, silih berganti. Padahal di saat yang sama kita masih disibukkan oleh tuduhan si Uncle 'ceuleupeung' dan kawan-kawan seperjuangannya yang bilang bahwa Indonesia sarang teroris. Dasar kurang ajar, kita jelas-jelas nggak terima! Hey Uncle sialan! Kalau nuduh yang bener dong.. Kita ini sarang koruptor, tauuuu...!
Yang jelas PR buat presidenmu ini sangat berat, sodarah! Mestinya sih ini bukan kerjaan manusia biasa yang kolornya di dalem, tapi kerjaannya Superman yang kolornya dipake di luar! Tapi karena Superman kalah telak dalam pemilihan yang 'luber' dan demokratis, maka mau tidak mau ini jadi tugasnya si Tata, tetangga Pak Suparman yang sama sekali tidak ada pertalian darah dengan Superman.
Sesuai dengan janji-janji di masa kampanye pemilihan, maka aku tentu nggak boleh menjilat ludah sendiri. Selain jijik, juga kesannya nggak ada kerjaan! Semua janji harus dilaksanakan dengan baik dan mantap. Maka perlu disusun rencana pembangunan yang terarah, tepat sasaran, dan berpihak kepada orang-orang kecil (termasuk tujuh kurcaci dan kaum liliput yang menjadi WNI).
Urusan selanjutnya adalah memilih pembantu-pembantu yang punya integritas, bisa dipercaya, mau bekerja tanpa pamrih berlebihan (yang murni tanpa pamrih rasanya nggak mungkin ada), tidak hobi korupsi dan harus pernah ngalamin jadi orang miskin bin sengsara, minimal sekali seumur hidup. Yang terakhir itu mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar. Soalnya kalau cuma tahu istilah miskin tapi tidak pernah jadi orang miskin, penghayatannya susah! (minjem istilah anak teater!).
Selain disumpah dengan kitab suci, sebaiknya mereka juga dibekali bom terkunci yang menyatu di badan mereka selama masa jabatan, yang akan langsung aktif begitu di pikiran mereka terbetik niatan korupsi. Ini alat anti korupsi yang aku maksud tadi. Jadi kalau nggak mau mati, jangan pernah coba-coba punya niat korupsi, apalagi sampai melakukannya. Kalau dilanggar, belum apa-apa mereka sudah mati meledak! (Cara ini belum pernah dicoba di negara mana pun, bahkan aku belum pernah baca di buku atau blog mana pun).
Ini bisa diterapkan secara hierarkis hingga ke tingkatan pejabat kelas rendahan di pelosok. Dijamin, korupsi akan hilang dari bumi Indonesia tercinta ini, sodarah-sodarah! Yang justru bermunculan adalah korban -korban bom anti korupsi ini. Maklum, pikiran 'ngeres' untuk korupsi sudah mendarahdaging, sudah menyatu dengan jiwa dan raga orang Indonesia... Tapi lagi-lagi nggak perlu kuatir. Sebelumnya kan sudah dilakukan fit and proper test, sehingga yang lolos tentu orang-orang pilihan yang dijamin tidak terlalu sering mikirin cara ngembat duit rakyat. Jadi mudah-mudahan tidak akan ada korban jiwa.
Nah langkah berikutnya adalah berpegang teguh pada rencana pembangunan yang sudah dibikin. Jangan main improvisasi di tengah jalan karena pejabat pemerintah jelas bukan pemain jazz!! Misalnya merubah proyek pengentasan kemiskinan menjadi pementasan kemiskinan. Nggak boleh itu! Nggak lucu!! Kalau dilakukan juga bisa kualat dan dikutuk jadi ganteng! (Tapi kutukannya harus diganti ah, 'ntar malah banyak yang antri nunggu kutukan!).
Selanjutnya, ini yang sangat penting, sodarah-sodarah. Warga RDI yang menjadi blogger, tanpa kecuali, berhak mendapatkan akses internet gratiss!! Ini demi akselerasi arus informasi, karena blogger dianggap mampu menjadi jembatan antara pemilik informasi dengan masyarakat akar rumput, yang sesungguhnya punya hak yang sama untuk mengakses informasi. Setelah itu secara bertahap, akses internet gratis akan diberikan kepada semua warga Republik Dongeng Indonesia, sehingga semuanya menjadi pinter, dan menjadi ....blogger. Jika diperlukan, maka nama Republik Dongeng Indonesia ini akan diganti menjadi Republik Blogger Indonesia.
Yang terakhir adalah cuci muka! Lho? Ya iya laah.. Masa mau ikut upacara tujuhbelasan nggak cuci muka. Ntar ketahuan dong, bahwa aku baru bangun tidur. Gimana jawabnya coba, kalau ditanya: abis mimpi jadi presiden ya? Kan malu! Jadi, mendingan cuci
muka, ganti baju, terus ikut barisan menuju tempat upacara tahunan, menyambut sesuatu yang katanya hari kemerdekaan Indonesia. Siapa tahu, di tengah upacara nanti aku bener-bener ketemu dengan si kemerdekaan itu, lalu bisa kenalan dan berkata:
"Halo, saya Tata, nice to see you. Main dong ke rumah, jangan bisanya cuma main ke rumah bapak-bapak penggede aja.." Siapa tahu dia mau. Ya, siapa tahu....
Selamat Ulang Tahun Indonesiaku. Meski Korengan, Diam-Diam Aku Tetep Sayang Kamu..
0 Comments:
Post a Comment
<< Home