BUKA MULUT: Kepeleset Aa Gym

Close

 

Jangan Lupa

DAFTAR AGLOCO DI SINI!

Download Gratis!

FREE AGLOCO EBOOK di SINI!

December 04, 2006

Kepeleset Aa Gym

Rumor soal Aa Gym menikah lagi tuntas sudah. Pertanyaan yang berkecamuk di kepala banyak orang terjawab sudah. Dalam jumpa pers yang digelar di Kantor Daarut Thauhid cabang Jakarta, Sabtu lalu (02/12/06), Aa Gym dengan didampingi istri pertamanya Teh Ninih akhirnya mengakui bahwa dirinya telah menikah lagi. Dalam kesempatan itu, Aa Gym juga meminta maaf kepada para jamaah dan masyarakat yang telah memfigurkan dirinya, dan merasa kecewa dengan keputusannya berpoligami.
 
Wanita kedua yang dinikahinya bernama Alfarini Eridani (37), seorang janda cantik  beranak satu yang baru ditinggal cerai oleh suaminya beberapa bulan silam. Ketua MUI kota Bandung KH Miftah Faridh, dikabarkan bertindak sebagai saksi dalam pernikahan itu.
 
So what? Poligami dibolehkan dalam Islam. Aturannya juga jelas. Masalah apakah aturan tersebut ditaati atau tidak, atau apakah tindakan menikah lagi tersebut mengecewakan banyak pihak, itu soal lain. Jadi, sampai di sini tidak ada masalah.
 
Persoalannya, Aa Gym bukanlah Tata Danamihardja. Ia adalah public figure yang segala tindakannya jadi pusat perhatian. Ia bukan cuma seorang laki-laki muslim, melainkan juga ustad sekaligus pesohor. Banyak orang yang mengidolakan bahkan setengah memujanya, sekaligus menjadikannya sebagai teladan.
 
Maka, jangan heran jika banyak orang yang merasa kecewa. Seperti juga tidak perlu kaget jika banyak yang bersikap netral, atau bahkan mendukung. Ini bukan soal salah atau benar. Ini adalah soal persepsi sekaligus harapan banyak orang terhadap idolanya.
 
Sebagai laki-laki muslim, tidak ada masalah (bagi banyak orang) ketika yang bersangkutan beristri lebih dari satu, sepanjang hal itu sudah memenuhi syarat dan dilakukan sesuai dengan aturan agama. Sebagai ustad, tentu ia lebih tahu soal aturan dalam Islam, termasuk tata cara dan syarat beristri lebih dari satu. Tapi sebagai pesohor (selebritis), beda lagi urusannya.
 
Siapapun pasti berharap idolanya akan bersikap dan bertindak sesuai dengan gambaran ideal yang ada di kepalanya. Ketika yang terjadi justru sebaliknya, atau dianggap tidak sesuai dengan harapannya, maka yang muncul adalah kekecewaan. Maka fungsi Aa Gym yang ketiga - sebagai pesohor - inilah yang memicu gonjang-ganjing di mana-mana.
 
Seperti dikutip Rileks.com, seorang ibu di Bandung bahkan menyesalkan hal itu, karena dianggapnya bertentangan dengan ungkapan yang selama ini dilontarkan AA setiap tausiyah. "Artinya ungkapan-ungkapan dari mulut A`a selama ini hanya teori," ungkapnya. Meski demikian, Ny. Feny mengakui, pernikahan yang dilakukan AA Gym pada prinsipnya tak ada masalah, karena agama membenarkan dan juga merupakan haknya
 
Dalam salah satu artikel di Gatra.com, hal senada diungkapkan Inne (38) seorang karyawati di bandung. Menurutnya, "Ternyata Aa Gym sama saja dengan pria kebanyakan di saat sudah terkenal dan banyak uang, keinginan untuk berpoligami muncul." Zaki, warga Cileunyi, Kabupaten Bandung, bahkan menilai Aa Gym tidak konsisten, karena menurutnya, "Di beberapa ceramahnya tersirat ia tidak setuju dengan poligami. Ini terlihat dari sindirannya tentang orang yang berpoligami."
 
Ketika, misalnya, ada orang memaksa saya untuk memilih berdiri di satu posisi, mendukung atau menentang poligami, apa jawaban saya? Maaf saya belum bisa menentukannya sekarang, karena merasakan enaknya monogami saja belum :-) Tapi kalau disuruh berkomentar soal Aa Gym, hanya satu komentar saya: salah strategi.
 
Kenapa demikian? Seharusnya, kalau mau nikah lagi, ya dulu, sebelum terkenal dan kaya seperti sekarang. Dijamin nggak bakalan heboh seperti ini. Lihat saja Pak Hamzah Has. Adem-adem saja kan? Makanya Aa, biar bagaimanapun, harus mau belajar sama senior, biar nggak kepeleset...
 


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

32 Comments:

At 12/06/2006 11:14:00 am, Anonymous Anonymous said...

Udah deh...., kita realistis aja!! Tdk usah bawa-bawa agama!! Mslh-nya Aa Gym jatuh cinta dan bertepatan agamanya tdk melarang-nya, ya dia nikah spy tdk perlu sembunyi-sembunyi... Tp mulai sekarang Aa Gym tdk usah lagi bicara Manajemen Kalbu mlainkan MANJEMEN SYAHWAT aja deh !!!!

 
At 12/06/2006 11:20:00 am, Anonymous Anonymous said...

Bosss, kata DR Musdah Mulia, dosen UIN Jakarta: "tidak ada kalimat dlm Al Quran yang menghalalkan poligami" !
Terusss, Nabi Muhammad berpoligami saat memperistrikan Saudah yang umurnya sekitar 65 tahun dan menopause. Jadi Nabi kita bkn menikahi janda bekas model yg umurnya 37 thn seperti Aa Gym !!!!

 
At 12/06/2006 01:37:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Bos, saya hanya orang awam untuk masalah ini. Maka dari itu saya sampaikan pendapat seseorang yang mungkin berguna buat bos dan yang lainnya.

Benarkah Poligami Sunah? Faqihuddin Abdul Kodir
UNGKAPAN "poligami itu sunah" sering digunakan sebagai pembenaran poligami. Namun, berlindung pada pernyataan itu, sebenarnya bentuk lain dari pengalihan tanggung jawab atas tuntutan untuk berlaku adil karena pada kenyataannya, sebagaimana ditegaskan Al Quran, berlaku adil sangat sulit dilakukan (An-Nisa: 129).
DALIL "poligami adalah sunah" biasanya diajukan karena sandaran kepada teks ayat Al Quran (QS An-Nisa, 4: 2-3) lebih mudah dipatahkan. Satu-satunya ayat yang berbicara tentang poligami sebenarnya tidak mengungkapkan hal itu pada konteks memotivasi, apalagi mengapresiasi poligami. Ayat ini meletakkan poligami pada konteks perlindungan terhadap yatim piatu dan janda korban perang.
Dari kedua ayat itu, beberapa ulama kontemporer, seperti Syekh Muhammad Abduh, Syekh Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan-ketiganya ulama terkemuka Azhar Mesir-lebih memilih memperketat.
Lebih jauh Abduh menyatakan, poligami adalah penyimpangan dari relasi perkawinan yang wajar dan hanya dibenarkan secara syar’i dalam keadaan darurat sosial, seperti perang, dengan syarat tidak menimbulkan kerusakan dan kezaliman (Tafsir al-Manar, 4/287).
Anehnya, ayat tersebut bagi kalangan yang propoligami dipelintir menjadi "hak penuh" laki-laki untuk berpoligami. Dalih mereka, perbuatan itu untuk mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Menjadi menggelikan ketika praktik poligami bahkan dipakai sebagai tolok ukur keislaman seseorang: semakin aktif berpoligami dianggap semakin baik poisisi keagamaannya. Atau, semakin bersabar seorang istri menerima permaduan, semakin baik kualitas imannya. Slogan-slogan yang sering dimunculkan misalnya, "poligami membawa berkah", atau "poligami itu indah", dan yang lebih populer adalah "poligami itu sunah".
Dalam definisi fikih, sunah berarti tindakan yang baik untuk dilakukan. Umumnya mengacu kepada perilaku Nabi. Namun, amalan poligami, yang dinisbatkan kepada Nabi, ini jelas sangat distorsif. Alasannya, jika memang dianggap sunah, mengapa Nabi tidak melakukannya sejak pertama kali berumah tangga?
Nyatanya, sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Bayangkan, monogami dilakukan Nabi di tengah masyarakat yang menganggap poligami adalah lumrah. Rumah tangga Nabi SAW bersama istri tunggalnya, Khadijah binti Khuwalid RA, berlangsung selama 28 tahun. Baru kemudian, dua tahun sepeninggal Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani hanya sekitar delapan tahun dari sisa hidup beliau. Dari kalkulasi ini, sebenarnya tidak beralasan pernyataan "poligami itu sunah".
Sunah, seperti yang didefinisikan Imam Syafi’i (w. 204 H), adalah penerapan Nabi SAW terhadap wahyu yang diturunkan. Pada kasus poligami Nabi sedang mengejawantahkan Ayat An-Nisa 2-3 mengenai perlindungan terhadap janda mati dan anak-anak yatim. Dengan menelusuri kitab Jami’ al-Ushul (kompilasi dari enam kitab hadis ternama) karya Imam Ibn al-Atsir (544-606H), kita dapat menemukan bukti bahwa poligami Nabi adalah media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketika lembaga sosial yang ada belum cukup kukuh untuk solusi.
Bukti bahwa perkawinan Nabi untuk penyelesaian problem sosial bisa dilihat pada teks-teks hadis yang membicarakan perkawinan-perkawin an Nabi. Kebanyakan dari mereka adalah janda mati, kecuali Aisyah binti Abu Bakr RA.
Selain itu, sebagai rekaman sejarah jurisprudensi Islam, ungkapan "poligami itu sunah" juga merupakan reduksi yang sangat besar. Nikah saja, menurut fikih, memiliki berbagai predikat hukum, tergantung kondisi calon suami, calon istri, atau kondisi masyarakatnya. Nikah bisa wajib, sunah, mubah (boleh), atau sekadar diizinkan. Bahkan, Imam al-Alusi dalam tafsirnya, Rûh al-Ma’âni, menyatakan, nikah bisa diharamkan ketika calon suami tahu dirinya tidak akan bisa memenuhi hak-hak istri, apalagi sampai menyakiti dan mencelakakannya. Demikian halnya dengan poligami. Karena itu, Muhammad Abduh dengan melihat kondisi Mesir saat itu, lebih memilih mengharamkan poligami.
Nabi dan larangan poligami
Dalam kitab Ibn al-Atsir, poligami yang dilakukan Nabi adalah upaya transformasi sosial (lihat pada Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 108-179). Mekanisme poligami yang diterapkan Nabi merupakan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka.
Sebaliknya, yang dilakukan Nabi adalah membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam berpoligami.
Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami yang awalnya tanpa batas sama sekali.
Pada banyak kesempatan, Nabi justru lebih banyak menekankan prinsip keadilan berpoligami. Dalam sebuah ungkapan dinyatakan: "Barang siapa yang mengawini dua perempuan, sedangkan ia tidak bisa berbuat adil kepada keduanya, pada hari akhirat nanti separuh tubuhnya akan lepas dan terputus" (Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 168, nomor hadis: 9049). Bahkan, dalam berbagai kesempatan, Nabi SAW menekankan pentingnya bersikap sabar dan menjaga perasaan istri.
Teks-teks hadis poligami sebenarnya mengarah kepada kritik, pelurusan, dan pengembalian pada prinsip keadilan. Dari sudut ini, pernyataan "poligami itu sunah" sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Nabi. Apalagi dengan melihat pernyataan dan sikap Nabi yang sangat tegas menolak poligami Ali bin Abi Thalib RA. Anehnya, teks hadis ini jarang dimunculkan kalangan propoligami. Padahal, teks ini diriwayatkan para ulama hadis terkemuka: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn Majah.
Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga." (Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).
Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fathimah, hampir setiap orangtua tidak akan rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi, poligami akan menyakiti hati perempuan, dan juga menyakiti hati orangtuanya.
Jika pernyataan Nabi ini dijadikan dasar, maka bisa dipastikan yang sunah justru adalah tidak mempraktikkan poligami karena itu yang tidak dikehendaki Nabi. Dan, Ali bin Abi Thalib RA sendiri tetap bermonogami sampai Fathimah RA wafat.
Poligami tak butuh dukungan teks
Sebenarnya, praktik poligami bukanlah persoalan teks, berkah, apalagi sunah, melainkan persoalan budaya. Dalam pemahaman budaya, praktik poligami dapat dilihat dari tingkatan sosial yang berbeda.
Bagi kalangan miskin atau petani dalam tradisi agraris, poligami dianggap sebagai strategi pertahanan hidup untuk penghematan pengelolaan sumber daya. Tanpa susah payah, lewat poligami akan diperoleh tenaga kerja ganda tanpa upah. Kultur ini dibawa migrasi ke kota meskipun stuktur masyarakat telah berubah. Sementara untuk kalangan priayi, poligami tak lain dari bentuk pembendamatian perempuan. Ia disepadankan dengan harta dan takhta yang berguna untuk mendukung penyempurnaan derajat sosial lelaki.
Dari cara pandang budaya memang menjadi jelas bahwa poligami merupakan proses dehumanisasi perempuan. Mengambil pandangan ahli pendidikan Freire, dehumanisasi dalam konteks poligami terlihat mana kala perempuan yang dipoligami mengalami self-depreciation. Mereka membenarkan, bahkan bersetuju dengan tindakan poligami meskipun mengalami penderitaan lahir batin luar biasa. Tak sedikit di antara mereka yang menganggap penderitaan itu adalah pengorbanan yang sudah sepatutnya dijalani, atau poligami itu terjadi karena kesalahannya sendiri.
Dalam kerangka demografi, para pelaku poligami kerap mengemukakan argumen statistik. Bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah kerja bakti untuk menutupi kesenjangan jumlah penduduk yang tidak seimbang antara lelaki dan perempuan. Tentu saja argumen ini malah menjadi bahan tertawaan. Sebab, secara statistik, meskipun jumlah perempuan sedikit lebih tinggi, namun itu hanya terjadi pada usia di atas 65 tahun atau di bawah 20 tahun. Bahkan, di dalam kelompok umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 45-49 tahun jumlah lelaki lebih tinggi. (Sensus DKI dan Nasional tahun 2000; terima kasih kepada lembaga penelitian IHS yang telah memasok data ini).
Namun, jika argumen agama akan digunakan, maka sebagaimana prinsip yang dikandung dari teks-teks keagamaan itu, dasar poligami seharusnya dilihat sebagai jalan darurat. Dalam kaidah fikih, kedaruratan memang diperkenankan. Ini sama halnya dengan memakan bangkai; suatu tindakan yang dibenarkan manakala tidak ada yang lain yang bisa dimakan kecuali bangkai.
Dalam karakter fikih Islam, sebenarnya pilihan monogami atau poligami dianggap persoalan parsial. Predikat hukumnya akan mengikuti kondisi ruang dan waktu. Perilaku Nabi sendiri menunjukkan betapa persoalan ini bisa berbeda dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Karena itu, pilihan monogami-poligami bukanlah sesuatu yang prinsip. Yang prinsip adalah keharusan untuk selalu merujuk pada prinsip-prinsip dasar syariah, yaitu keadilan, membawa kemaslahatan dan tidak mendatangkan mudarat atau kerusakan (mafsadah).
Dan, manakala diterapkan, maka untuk mengidentifikasi nilai-nilai prinsipal dalam kaitannya dengan praktik poligami ini, semestinya perempuan diletakkan sebagai subyek penentu keadilan. Ini prinsip karena merekalah yang secara langsung menerima akibat poligami. Dan, untuk pengujian nilai-nilai ini haruslah dilakukan secara empiris, interdisipliner, dan obyektif dengan melihat efek poligami dalam realitas sosial masyarakat.
Dan, ketika ukuran itu diterapkan, sebagaimaan disaksikan Muhammad Abduh, ternyata yang terjadi lebih banyak menghasilkan keburukan daripada kebaikan. Karena itulah Abduh kemudian meminta pelarangan poligami.
Dalam konteks ini, Abduh menyitir teks hadis Nabi SAW: "Tidak dibenarkan segala bentuk kerusakan (dharar) terhadap diri atau orang lain." (Jâmi’a al-Ushûl, VII, 412, nomor hadis: 4926). Ungkapan ini tentu lebih prinsip dari pernyataan "poligami itu sunah".
Faqihuddin Abdul Kodir Dosen STAIN Cirebon dan peneliti Fahmina Institute Cirebon, Alumnus Fakultas Syariah Universitas Damaskus, Suriah

 
At 12/06/2006 04:35:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Wah..... seneng banget membaca tulisan pak Faqihuddin Abdul Kodir.
Saya tidak bermaksud mengomentari apalagi memihak atau menolak poligami karena agama saya bertepatan kristen. Tapi membaca tulisan anda saya sebagai non-muslim menjadi lebih jelas dan menyadari bahwa yang dimaksud poligami itu tidak sesederhana seperti yang sering diperdebatkan saudara-saudara kita.
Rasanya saya ingin sekali mengatakan agar kita jangan semudah itu membanding-bandingkan diri dengan Nabi SAW...., jangan juga semudah itu "mengaku" bahwa yang kita inginkan itu adalah kehendak ALLAH... !
Sekalipun dalam kitab saya tidak pernah secara nyata tertulis atau tersebut Nabi SAW tapi saya ini realistis..... Beliau itu ada ! Beliau itu Nabi..! Marilah sama-sama kita junjung tinggi...

 
At 12/07/2006 11:21:00 am, Anonymous Anonymous said...

Aak, saya sangat menyayangkan keputusan aak unuk menikah lagi.Saya sering mengikuti ceramah aak melalui layar TV. Saya sangat mengagumi aak en teteh ninih, kalian selalu terlihat mesra.Aak memang manusia biasa tapi aak adalah orang yang menjadi idola banyak orang. Dimana masyarakat indonesia pada umumnya menjadikan aak sbg teladan.Tidakkah aak bisa meraba perasaan teteh. Walaupun jumpa pres teteh kelihatan tegar, namun kita semua tahu bahwa beliau berusaha untuk tegar. Dia wanita luar biasa. Aak beruntung mendapatkannya.Wanita yang lembut, bersahaja, bijaksana, berilmu terutama beriman. Luar biasa untuk teteh. Aak, saya sangat kecewa en prihatin atas dampak dari keputusan yg aak ambil. Aak selalu bila berusahalah meraba perasaan orang lain, tp Aak sendiri tidak bisa meraba perasaan teteh.

 
At 12/08/2006 01:59:00 am, Anonymous Anonymous said...

Masalahnya kalau poligaminya waktu belum sukses ya gak bisa dapat janda mantan peragawati. Lagi pula belum mempunyai bargaining position yang cukup untuk menaklukkan istrinya. Bisa-bisa istri lamanya minta cerai, wong belum ada yang diberati dari sisi harta.

 
At 12/08/2006 04:57:00 pm, Anonymous Anonymous said...

SETUJUUUUU....!
Waktu Aa belum top dulu alias masih miskin, mana mungkin berpikir poligami dan siapa juga yang mau....
Sekarang setelah sukses membodoh-bodohi jutaan orang dgn berlandaskan Kitab Suci, barulah Aa itu mikir dan pengen punya banyak bini...!

RAKYAT TERTIPU LAGI... !!!!

 
At 12/08/2006 10:52:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Poligami jelas ajaran Setan. Sama dengan bunuh org masuk surga juga ajaran Setan. Tipuan Setan yang paling jahat yaitu bahwa Allah turut benarkan hawa nafsu setan dengan ijinkan 4 isteri. Ini kebiadaban atas namakan Allah. Ini tipu daya SEtan

 
At 12/09/2006 09:08:00 am, Anonymous Anonymous said...

Ajaran Quran dan teladan nabi-lah yang mengajarkan mengijinkan dan meneladankan poligami, jadi itulah akarnya. Mau dikritik dan dipuji bagaimanapun landasan poligami itu ada pada ajaran quran. Ini sangat menyesatkan. Kalau Allah ijinkan orang beristeri 4 dan nabi beristeri 15 ini benar2 merusak. Ini tidak bisa diterima meskipun di era jahiliyah, apalagi mau bodoh2in orang di zaman sekarang. Ajaran Islam telah sesatkan Aa Gym.

 
At 12/10/2006 05:28:00 am, Anonymous Anonymous said...

Selama Aa Gym jadi idola, bahkan melebihi proporsinya, Pertama saya lemes dan bingung denger Aa nikah lagi, awalnya netral, lalu setuju, lalu tidak setuju, sekarang bingung lagi, apa mungkin aa yang biasanya langkahnya selalu dipertimbangkan baik2 sekarang 'gelap'? ga mikirin konsekwensinya atas pilihannya itu, poligami boleh dalam islam, tapi dampaknya ya kayak gini keumum. Jawaban dari Aa belum ada yang memuaskan saya, nunggu ah ceramahnya di tpi hari ini.

 
At 12/10/2006 10:05:00 am, Anonymous Anonymous said...

maaf.....sebagai orang yang beriman, pantaskah kita menilai orang lain denagn kalimat2 yang cukup pedas?A'a Gym berpoligami atau tidak itu urusan beliau,kesanggupan adil atau tidak sanggup berlaku adil itu hanya Allah dan A'a yang tau,dari pada sibuk berprasangka kepasa A'a bukankah lebih baik kita kembali melihat diri2 kita masing2?sekarang bukan saatnya mencaci, kita tidak tau, bisa saja orang yang kita caci itu lebih baik dari kita, atau sampai2 menjelekkan agama Islam dan mengatakan ajaran Islam telah menyesatkan A'a.....apakah anda semua yang berkomentar disinisudah mejalankan semua perintah dari ajaran agama kita masing2?sekarang.....tidak perlu bernegatif thinking...positif aja, A'a dalam masa ujian berat dari Allah, berpositif thinking aja, bahwa A'a melakukan hal ini karena memang sudah siap dan ada niat2 dibalik itu yang mungkin lebih bermanfaat untuk orang lain, bukan karena syahwat semata, masalah banyak yang kecewa...kenapa kita tidak berpikir bahwa A'a melakukan ini adalah untuk menyadarkan kita bahwa tidak ada yang patut diidolakan selain baginda Rasulullah SAW, selain dari itu, kita boleh menjadikan orang2 saleh bagi kita untuk diteladani bukan seuatu sikap yang sangat me "ngefans" kan seseorang, maari berpikir................

 
At 12/10/2006 09:13:00 pm, Anonymous Anonymous said...

tolong anda, aisyah said, kasih komentar yg objective...., tidak usah sok bijaksana !!------------- Anda sadar tidak bahwa Aa Gym itu memang sejak 20 thh lalu berupaya MEMPOPULERKAN diri supaya ibu-ibu ngefans ke dia...... supaya ibu-ibu menjadikakn dia panutan !!. Setelah ibu-ibu terkena dengan publikasinya barulah dia mengkomersilkan diri dengan cara menjual ini dan itu...., antara lain Manjemen Qolbu........ Ternyata setelah punya duit dan kaya raya, mulai ego serta nafsunya yang selama miskin dulu trpendam itu keluar.---- Aisyah Said, alangkah naifnya anda ini !!

 
At 12/10/2006 09:41:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Anda benar..... ditambah lagi kita sebagai orang ISLAM sedikit banyaknya telah dipermalukan Aa GYM !!!. Seandainya kita semua sepakat Aa Gym tidak salah maka orang lain akan no comment... Tapi karena sangat kontroversi maka orang agama lain akan sangat mudah tertawa sinis melihat kita, sambil mengatakan: Lihat itu orang-orang Islam, mereka se ndiri tidak bisa sepakat bersatu padahal kitab dan ajaran sama !!!!. Ini lah gara-gara Aa Gym !!! Harusnya dia sudah mempertimbangkan reaksi ini bukan hanya kepentingan Syahwatnya belaka.

 
At 12/11/2006 08:16:00 am, Anonymous Anonymous said...

Aduuuh ngapain sih ngeributin poligami??

Kan udah jelas di Al Qur’an kalo poligami itu gak di larang dan gak diwajibin… Gak

Jadi gak perlu ngadilin aa gym or siapa aja yang berpoligami? wong gak di larang kok… Jangan berlebih-lebihan apalagi melebihi apa yang di state di al-q

Tapi juga jangan konyol sampe bilang poligami itu wajib segala.. Gila kali ya…?

So setuju/gak setuju poligami itu pilihan setiap muslim/muslimah.. Kalau menolak secara pribadi untuk melakukan poligami itu hak pribadi setiap muslim/muslimah tapi jangan menganggap orang yang berpoligami itu orang gak bener..

Kalau kamu laki-laki muslim trus mau berpoligami.. silahkan aja.. tapi inget aja urusannya berat, tanggungjawabnya berat.. kepleset dikit atau gak bisa adil sedikit maka akan banyak orang lain yang menderita.. istri pertama dan anak-anaknya atau istri kesekian dan anak2nya.. Dan jangan lupa bisa masukkan dalam definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga yg sekarang udah ada aturan hukumnya.

Kalo akhirnya kamu berpoligami, maka kamu harus berusaha terus bersikap adil. Allah kan bilang jangan kamu terlalu condong kepada yang satunya aja.. Dan selalu berusaha memperbaiki kualitas adil tersebut day by day (continuous improvement).. jangan sampe gak fokus, ntar ada yang menderita..

Kalau kamu sampe menceraikan istri pertama kamu karena mau berpoligami maka kamu telah menyengsarakan istri pertama kamu dan anak-anaknya secara materi dan batin.. Dan bahkan kamu bikin malu orang Islam aja.. semena-mena mau kawin lagi dg cara ceraikan istri pertama…

Kalau kamu mau di poligami oleh suami kamu, pelajari alasannya dan jangan lupa terus menerus minta petunjuk dari Allah.

Kalau dia mau ngawinin selingkuhannya, itu namanya kurang ajar.. Mending cerai aja.. Tapi jangan lupa pake akal sehat dan minta pertolongan Allah untuk bisa hidup mandiri secara ekonomi dan batiniah.. Mungkin sebagian (gak semuanya) kasus poligami bermasalah karena si laki-laki mau nikahin selingkuhan.

Jadi buat wanita muslim, sebaiknya harus berlatih/membiasakan diri hidup mandiri terutama secara ekonomi untuk berjaga-jaga kalau dapet suami yang mau MAKSAIN poligami. Bisa dengan kerja di kantoran atau melakukan usaha yang produktif seperti menjahit, memasak /katering, jual kue dll

Buat temen2 yg gak suka poligami juga jangan terlalu mendramatisir lah.. Bilang lah kalo ‘poligami itu bisa sukses karena berbohong’, atau ‘mana ada perempuan yang mau dimadu’, atau ‘ semua perempuan yang dimadu itu pasti hidupnya menderita’ dan lain-lain

Misalkan cuma ada 800ribu keluarga poligami diseluruh dunia dibandingkan total sekian milyar penduduk (mungkin juga lebih), apa kamu udah tanyain tuh semua istri pertamanya kalo dia menderita? apakah menderita pada saat awal dimadu sampai dengan setelah menjalani proses hidup berpoligami yamg panjang?

Karena gak ada yang menanyakan langsung mereka semua paling juga kan pake metode sampling. Kesimpulan dari sampling itu kan bukan suatu generalisasi mutlak 100% bahwa misalnya “mana ada sih wanita yang mau dimadu?”, “pasti wanita yang dimadu itu hidupnya menderita deh..”.. Jangan dramatisasi deh..

Trus jangan artiin kata adil di Al Quran itu hanya sebatas ngasih harta yang sama, frekuensi ngegilir yang sama banyak dll..

Contoh kongkritnya si suami mau dateng ke istri kedua eh pas lagi dateng bulan.. apa iya mau dipaksa karena supaya adil dalam hal frekuensi..

Coba cari deh ternyata pemahaman adil di ayat al-q itu ada 4 pemahaman yang berbeda.

Trus, tafsiran saya kemampuan bersikap adil itu bersifat personal.. jadi kita gak bisa ngelarang orang poligami karena secara logika generalisasi kita bilang gak bakalan ada orang bersikap adil..

Soal adil dalam berpoligami bisa dianalogkan dengan adil menjadi pemimpin.

Kita semua berharap calon pemimpin itu bisa bersikap adil. Kalo adil jadi syarat didepan untuk boleh/tidak menjadi pemimpin, gimana cara nge-test nya?

Kalo kita percaya bahwa hanya Allah yang bisa bersikap adil dan manusia tidak dikasih kesempatan untuk berusaha berlaku adil maka gak ada satu orang pun yang bisa jadi pemimpin.. karena percuma toh.. gak bakalan ada manusia yang bisa bersikap adil..

Jadi rasanya gak pas kalo kita bilang adil itu adalah syarat berpoligami maka gak bakalan ada orang yang bisa berpoligami dan… artinya gak bakalan ada orang yang bisa jadi pemimpin.. Gak usah pake presiden, CEO, CFO dll…

Allah tau bahwa manusia gak bakalan bisa adil maka dalam dikasih tau supaya jangan condong pada salahsatu saja.. dan Allah menyukai orang yang mau melakukan perbaikan.. Coba baca ayatnya lengkap deh..

Kalau dari awal kita berfikir gak bisa berlaku adil atau gak kuat ngelola keluarga yang besar ya jangan berpoligami. Nambahin masalah dan namabahin dosa aja..

Nah yang perlu diedukasi secara detil kepada laki2 sejak alil balig itu adalah betapa berat hidup berpoligami karena bisa membuat kita berdosa lebih banyak dari pada tidak berpoligami.. Dan sosialisasikan juga ada aturan hukum tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga.. Biar masukkin aja tuh orang2 yang melakukan KDRT

Jangan dilarang atau dipersulit sedemikian rupa sehingga tak ada satupun orang yang bisa berpoligami.. weleh-weleh Allah aja gak melarang kok..

Oh ya saya belum berkeluarga dan gak kepikir mau berpoligami. Tapi saya gak kecewa sama aa gym. Saya cuma berdoa supaya mereka bisa menjadi keluarga sakinah yang dirahmati Allah dan selalu bisa berguna/bermanfaat bagi orang banyak. Amiinn..

Saya gak mau buang2 enerji percuma.. apalagi cuma ngakibatin banyak enerji negatif muncul..

Salam,
kalem pren

Jangan berlebih2an melebihi aturannya..

 
At 12/11/2006 10:50:00 pm, Anonymous Anonymous said...

sdr-sdr non muslim, sebaiknya anda tidak usah bicara apa-apa mengenai polygami dalam islam bila anda sendiri tidak tahu apa-apa. kata-kata anda hanya untuk memprovokasi saja. ingat kami sebagai muslim tidak akan pernah memisahkan kehidupan dunia dengan agama, seperti yang anda katakan tidak usah mencampuri urusan ini dengan agama, sementara nikah menurut islam adalah syariat, jadi tidak mungkin dipisahkan, semua yang muslim lakukan itu semua diatur oleh al quran dan assunah, kami tidak akan pernah tunduk pada hukum selain hukum Allah, jadi jangan sekali-kali mengajari kami dengan hukum jahiliyah anda itu.

 
At 12/11/2006 10:53:00 pm, Anonymous Anonymous said...

hentikan segala perbuatan ghibah dan mempergunjingkan orang lain terlebih-lebih bagi kalian yang muslim ingat siksa Allah sangat pedih.

 
At 12/14/2006 11:08:00 am, Anonymous Anonymous said...

kita di sini tidak menggunjingkan orang lain, kita hanya peduli pada sebuah nilai - nilai yang patut kita bicarakan untuk manfaat bagi sesama, itulah gunanya sesama, hanya Tarzan dan binatang di hutan yang tidak pernah menerima pendapat dari orang lain

 
At 12/18/2006 10:15:00 pm, Anonymous Anonymous said...

weleh ...weleh, pada kemana yang ngomentari aa gym,lagi sibuk ngurus alda ya....he he he,gue lagi pengen ngumpat si bajingan aa gym PEMBOHONG ITU

 
At 12/19/2006 07:57:00 am, Anonymous Anonymous said...

MQ udah ganti kepanjangannya neh...bukan lagi manajemen qolbu melainken MANAJEMEN MEQI. HUAHAAAHAHA....

Buat kepentingan ego dan syahwat pribadi aja pake pura-pura beriman/arif banget, mau menguji ketabahan anak dan isteri-lah, mau menempatkan poligami pada posisi yang terhormat-lah. Coba kalo poligami itu tidak nikmat di selangkangan, apa dia care dengan alasan2 gombalnya itu? Coba kalo poligami hanya boleh dengan nenek2 peyot, apa dia akan segitu membelanya? Bullshit aja. Coba para lelaki muslim yang aduh sebegitu jongkoknya IQ/EQ/SQ kalian, apa "panutan" yang keukeuh poligami walaupun melihat isterinya sampe kelenger karena sedihnya begitu tau suaminya kawin lagi itu patut dihormati apalagi dibela? Dalam kamus umat manusia yang beradab tidak peduli agamanya apa, lelaki macam itu tuh pantesnya dikebiri dan didoain biar kutilan di sekujur tubuhnya!! Bukannya diagung2 kan. Jijay bajay!!

Coba umat islam terutama yang lelaki melihat sebuah persoalan itu secara menyeluruh dan jangan sepotong2. Emang poligami boleh, perbudakan dan pembunuhan juga boleh kok dalam islam? Tapi apa harus dilakukan tanpa konteks dan secara membabi buta? Mikir dong! Kalau lihat umat islam kaya gini parahnya dalam memahami agamanya sendiri (apalagi kalu emang ternyata islam tuh seperti yang mereka katakan, tak punya hati dan diskriminasi terhadap perempuan) saya merasa amat bersyukur tidak beragama Islam dan tidak dilahirkan dari orang tua Islam. Alhamdullilah I'm not a Muslim.

 
At 12/19/2006 08:50:00 am, Anonymous Anonymous said...

Hebat memang tulisan Faqihuddin Abdul Kodir. Nah mestinya orang kalo berpendapat ya seperti beliau...jelas dasar hukum dan kutipan-kutipan yang diambil. Bukan cuma menurut Al Quran dan Hadits bahwa ini dan itu tanpa pernah bisa nyebutin ayat yang mana...dan kalo baca Al Quran dan Hadits itu jangan sepenggal-penggal...karena apa yang tertuang disana adalah merupakan satu kesatuan...
Tuh temen-temen baca tulisan Faqihuddin Abdul Kodir ...biar kalian agak ngerti sedikit apakah memang poligami itu sunah?

 
At 12/19/2006 04:52:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Yang saya herankan atas dasar apa aa gym menikah lagi? Kalau tujuannya ingin membuktikan bahwa poligami itu bukan suatu hal yang hina seperti anggapan masyarakat banyak, mengapa tidak menikahi saja nenek-nenek yang janda dan punya anak selusin?

 
At 12/19/2006 05:02:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Walaupun heran, tetapi saya tidak akan banyak komentar. Biarlah itu menjadi tanggung jawab Aa Gym sendiri di akhirat. Lebih baik kita sudahi saja diskusi yang tak berujung ini.Toh diskusi ini kecil kemungkinannya membuat beliau menyesali keputusan yang telah dijalankan itu.

 
At 12/20/2006 06:00:00 am, Anonymous Anonymous said...

cowok cowok di sini ...
kalo disodori wanita mau gk ??? ...

gk pake nikah ...

 
At 1/04/2007 03:22:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Emang Berita Ini Udah Lama,saya juga UDah Baca Di beberapa Berita,TV,koran. Tapi Saya Baru Baca Yang Di Blog ini.heheh..

Boleh Beri Komtar kan. Saya Mengutip bacaan di blog ini.

[ Seharusnya, kalau mau nikah lagi, ya dulu, sebelum terkenal dan kaya seperti sekarang. Dijamin nggak bakalan heboh seperti ini. ]

Jodoh Di tangan Tuhan.
Mungkin aA Gym Jodoh Kedua Nya Setelah Terkenal Bukan Sebelum Terkenal.

Jadi tidak bisa di katakan Menikah Dulu baru terkenal.

 
At 2/06/2007 08:07:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Pakde, mendekatlah ke sini…
Aku sudah sikat gigi
Akan kubuka mulutku
Maka bukalah celanamu
Ingin kuemut kontolmu..
Seperti cara kesukaanmu

Kontol enak bergizi!
Daripada kau onani di kamar mandi
setelah nonton gawuknya maya
dan kontolnya yahya zaini

pakde
panjang, kuat, dan gede
rasanya enak sekaleee

pakde,
inilah bocoran surga
anugerah dari-Nya
mengapa aku ndak boleh ikut menikmatinya
walau harus jadi istri kedua

tapi semua jalan surga ada aturannya
yakni nikmat secara terhormat
bukan cara emut dan lumat
bukan cara MPR bejat

 
At 6/11/2007 04:57:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Poligami atas nama agama, membunuh juga atas nama agama. Terorisme atas nama agama. Kenapa menjadi begini?

Waktu jaman Majapahit, orang Jawa (Gajah Mada, dll) membuat nusantara
makmur dan jaya. Orang jawa berkebudayaan tinggi, kreatif dan toleran.
Setelah Islam masuk di Jawa, negara kita hancur korban dari penajahan
Belanda, Jepang, dsb. Korban dari korupsi, kekerasan/teror, malapetaka. Dan korban dari imperialisme Arab (Indonesia menjadi pemasok turis calon haji yang terbesar di dunia). Orang-orang Arab ini memang hebat telah berhasil menemukan cara untuk memasukkan devisa.

Bagaimana caranya supaya orang Jawa kembali bisa memakmurkan negara kita yang tercinta ini?

 
At 6/11/2007 04:58:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Poligami atas nama agama, membunuh juga atas nama agama. Terorisme atas nama agama. Kenapa menjadi begini?

Waktu jaman Majapahit, orang Jawa (Gajah Mada, dll) membuat nusantara
makmur dan jaya. Orang jawa berkebudayaan tinggi, kreatif dan toleran.
Setelah Islam masuk di Jawa, negara kita hancur korban dari penajahan
Belanda, Jepang, dsb. Korban dari korupsi, kekerasan/teror, malapetaka. Dan korban dari imperialisme Arab (Indonesia menjadi pemasok turis calon haji yang terbesar di dunia). Orang-orang Arab ini memang hebat telah berhasil menemukan cara untuk memasukkan devisa.

Bagaimana caranya supaya orang Jawa kembali bisa memakmurkan negara kita yang tercinta ini?

 
At 12/10/2007 09:13:00 am, Anonymous Anonymous said...

"Bagaimana caranya supaya orang Jawa kembali bisa memakmurkan negara kita yang tercinta ini?"

Caranya: Berhentilah menganggap kalau Indonesia itu milik Orang Jawa...

 
At 1/03/2011 03:38:00 pm, Anonymous Anonymous said...

Kita dijajah karena Misionaris Memaksakan kehendaknya

 
At 1/04/2011 12:16:00 pm, Anonymous Anonymous said...

gan, denger2, sekarang aa gym udah cere sama istri pertamanya yah, betul gak sih.

mudah2 info yg gua denger di internet itu salah. kayaknya kesian banget sama nasib istri pertama yg udah mendamping saat lagi suami lagi susah mendapat perlakukan demikian. apalagi ada hubungan sama istri kedua

 
At 1/04/2011 01:36:00 pm, Anonymous Anonymous said...

halah mulai lg nih ngisu2...ghibah jgn deh sodare2..sakit..sakit itu siksenye..

ntu juga bicare2 ttg poligami pade gak pake ilmu..ilmu yg cukup..apalagi yg mengaku dari universitas islam...blm tentu islamnye benerr walou pake dalil2..wong dalil2nya salah..
Ane males koment dlm suasane begini..ude gak fair n gak proposional..tlg ye jaga tuh komentnye..yg baca banyak jd jgn mentang2 jd malu2in aje...

 
At 1/09/2011 07:47:00 am, Anonymous Anonymous said...

Pak Faqihuddin Abdul Kodir Dosen STAIN Cirebon,
saya suka dengan ulasan yang bapak berikan,maaf saya boleh share tulisan bapak,e saya minta maaf udah saya share duluan, sebelumnya makasih ya pak.....

 

Post a Comment

<< Home