BUKA MULUT: September 2006

Close

 

Jangan Lupa

DAFTAR AGLOCO DI SINI!

Download Gratis!

FREE AGLOCO EBOOK di SINI!

September 29, 2006

Gedung Dari Kertas

Musium Kertas Dari KertasPercayakah Anda ada gedung terbuat dari kertas? Hmm.. terpaksa harus percaya, karena memang ada buktinya. Di kota Seoul, Korea Selatan, dibangun sebuah Museum Kertas yang gedungnya juga terbuat dari kertas. Gedung ini disangga oleh 353 pilar kertas dan 166 balok kertas. Nggak takut kebakaran? Nggak perlu, soalnya bahan kertas ini ternyata tahan air, cuaca maupun api.
 
Menurut kabar, tidak lama lagi gedung dengan konstruksi serupa juga akan dibangun di sejumlah kota di Korea Selatan. Semantara Jepang dan Cina, segera menyusul akhir tahun ini.
 
Tapi soal bangunan berbahan kertas, orang Indonesia sudah dari dulu melakukannya. Tengok di pinggiran Cikapundung misalnya, banyak gubuk berdiri yang bahannya cuma beberapa lembar kardus. Bedanya, yang ini samasekali nggak tahan air, cuaca, apalagi api.
 
Tags: ,


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 28, 2006

TARAWIH

Di bulan Ramadhan, semua aktivitas ibadah dilipatgandakan pahalanya. Bukan hanya ibadah ritual, melainkan juga ibadah-ibadah sosial. Bulan penuh rahmat, bulan penuh pahala, atau dalam tulisan saya beberapa waktu lalu, diibaratkan sebagai bulan 'The Greatest Big Sale'. Dibulan inilahkita berkesempatan untuk menutup bolong-bolong di bulan-bulan sebelumnya.
 
Salah satu ibadah yang menjadi etalase di bulan Ramadhan ini adalah sholat tarawih, yakni salah satu sholat sunat malam yang dilakukan secara berjamaah. Yang sehari-harinya males sholat berjamaah di mesjid, biasanya menjadi rajin di bulan ini. Entah kenapa, barangkali memang merupakan salah satu barokah bulan Ramadhan.
 
Sayangnya, semangat 45 ini kadang-kadang terusik oleh ketidaknyamanan berkaitan dengan pelaksanaan sholat tarawihnya itu sendiri. Di lingkungan tempat saya tinggal, entah kenapa setiap habis salam, mengucapkan shalawat, lalu orang-orang berteriak mengucapkan sesuatu yang nggak jelas. Ada yang kedengarannya 'salimoleh' ada yang 'salamun alaih', bahkan ada yang cuma teriak kenceng 'eehhh...!!' Jadi ketika misalnya melaksanakan tarawih 23 rakaat, maka saya akan mendengar sekitar 10 teriakan dalam satu malam. Berarti selama bulan Ramadhan saya akan mendengar kurang lebih 300 kali teriakan di sela-sela sholat Tarawih. Dan asal tahu saja, ini yang melakukannya adalah orang-orang dewasa dan bahkan kakek-kakek..
 
Terus terang, buat saya ini sangat mengganggu. Kita mencoba khusyuk dan nggak peduli, tapi tetep nggak bisa. Herannya, lembaga MUI yang sekarang bahkan ada di tingkat desa, rasanya kok saya belum melihat perannya untuk membenahi hal-hal seperti ini.
 
***
 
Masih terkait aktivitas tarawih. Setelah sholat Isya, sebelum tarawih, biasanya disampaikan ceramah singkat, kurang lebih 10 menit. Penceramahnya lumayan bagus, meskipun nggak ganti-ganti. Jadilah dia punya jabatan rangkap, imam sholat Isya dan Tarawih, sekaligus penceramah. Yang agak aneh buat saya adalah, ketika berceramah, beliau ini tidak pernah menatap mata mustami/jamaah. Jadi kebayang kan, kita berhadap-hadapan, tapi pak ustadznya nunduk terus sepanjang ceramah:-) Masak sih Pak Utadz malu sama kita-kita?
 
Ini juga barangkali salah satu PR buat MUI. Bagaimana meningkatkan kualitas SDM - termasuk soal-soal kecil seperti ini, bagaimana meluruskan tata cara beribadah sesuai tuntunan Nabi, dan sebagainya, terutama di pelosok dan kampung-kampung yang barangkali selama ini terlupakan. Dengan demikian mudah-mudahan semuanya akan lebih bisa menikmati suasana ibadah dengan penuh kekhusyukan, karena kita menjalankannya dengan benar, sesuai perintah agama. Selain soal terganggu secara pribadi, bukankah sesungguhnya berburu pahala pun harus dengan cara yang baik dan benar? 

 
SundaBlog


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 27, 2006

Klinik Ereksi di Jam Seksi

Anda kesulitan ereksi? Mengalami ejakulasi dini? Bermassalah dalam berhubungan intim? Tidak bisa memuaskan istri? Hubungi OnClinic.
 
Hah? Iklan apaan ini? Saya melirik jam dinding. Astaghfirullah! Ini iklan konsumsi ORANG DEWASA, dan ini masih jam 8 malam. Jam segini, anak-anak di belahan dunia mana pun hampir bisa dipastikan belum pada tidur!
 
Itu yang saya saksikan di sela-sela tayangan Extravaganza di Trans TV hari Senin lalu. Acara ini memang banyak penggemarnya, makanya dikasih slot di prime time. Tak heran jika iklannya berjubel. Tidak ada yang salah dengan banyaknya iklan. Asalkan pandai-pandai mengaturnya, iklan bahkan seringkali menjadi bagian dari hiburan juga. Tapi, iklan SEPERTI INI?!
 
Entah kenapa, belakangan ini etika beriklan rasanya semakin dinomorsekiankan. Iklan-iklan yang diperuntukkan bagi orang dewasa sering ditayangkan pada waktu anak-anak kemungkinan besar masih pada nonton. Celakanya justru di jam-jam itulah jumlah penonton terbanyak berada (prime time). Pengiklan mana yang tidak akan melirik jam seksi seperti ini?
 
Masalahnya akan berpulang pada kearifan banyak pihak, terutama pengiklan dan stasiun televisi yang bersangkutan. Kalau itung-itungan secara materi, penayangan iklan apapun, termasuk iklan 'klinik ereksi' tadi - jelas menguntungkan pengiklan dan pihak stasiun TV. Pengiklan senang karena iklannya banyak ditonton, sementara pihak stasiun TV senang karena mendapat banyak uang dari tarif iklan yang jelas lebih mahal dibanding tarif iklan di jam reguler. Tapi jika berbicara soal tanggung jawab moral, sungguh menyedihkan, bahkan menyebalkan!
 
Saya tidak tahu apakah pemerintah sudah melakukan regulasi untuk hal-hal yang seperti ini? Atau kalau sudah ada, apakah regulasi tersebut sudah dijalankan dengan benar? Yang saya tahu, Indonesia punya KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), yang - kalau tidak salah - didanai dari APBN. Salah satu tugasnya adalah mengurusi soal content siaran, baik TV maupun radio. Adakah mereka luput memperhatikan ini?
 
Sepintas, persoalan ini terlihat sepele. Toh anak-anak belum ngerti soal isi dari iklan-iklan semacam ini. Tapi sesungguhnya justru di situ masalahnya. Anak-anak yang seharusnya belum pantas disodori hal-hal semacam itu pasti akan menjadi penasaran. Usia mereka ada pada fase dimana keingintahuan mereka sangat besar. Kalau penjelasan yang diberikan di rumah dianggap tidak memuaskan,mereka akan mencari sendiri di luar rumah. Bahayanya adalah ketika informasi yang mereka dapatkan di luar justru malah menyesatkan, yang akhirnya membuat mereka cepat 'matang sebelum waktunya'.
 
Uang, ketika sudah dipuja seperti dewa, bisa membutakan hati siapa saja. Bisnis iklan di media memang sangat menggiurkan dan kerap membuat pihak-pihak yang yang bermain di dalamnya lupa diri dan tidak bisa mengendalikan diri. Termasuk lupa bahwa mereka secara pribadi-pribadi adalah manusia juga, yang punya anak-anak dan keluarga. Lupa bahwa akibat yang sama juga bisa menimpa anak-anak dan keluarga mereka. Pertanyaannya, sudah siapkah Anda semua menanggung resikonya?! Naudzubillah!


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 26, 2006

Uniknya Ramadhan di Cirebon

Ramadhan dimanapun intinya sama: melaksanakan ibadah puasa sesuai perintah agama. Tapi dalam tatanan sosial, ritual tahunan ini jadi mewah karena disaput dengan berbagai nuansa aksesoris lokal. Budaya, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah komunitas sosial, mau tidak mau ikut mewarnai ritual sebulan penuh tersebut. Belum lagi kalau bicara soal keragaman khas merayakan Lebaran.
 
Tahun 2002 lalu saya kebetulan bekerja di salah satu stasiun radio swasta di Cirebon. Itulah pertamakalinya saya menjalankan ibadah puasa di kota udang ini. Hari-hari pertama lumayan menyiksa. Saya yang terbiasa tinggal di daerah berhawa sejuk, sangat merasa tidak nyaman, dan tentu saja haus:-) karena keringat banyak keluar di daerah berhawa panas ini, padahal lagi puasa.. Tapi karena berusaha keras, maka lama-lama bisa juga beradaptasi.
 
Repotnya, justru di saat puasa, saya harus lebih banyak 'jalan-jalan' melaporkan arus mudik. Ketika itu kebetulan sedang menjalin kerjasama dengan Trijaya Network untuk program Liputan Lebaran (arus mudik /balik). Kebayang kan, siang-siang di saat matahari Cirebon lagi panas-panasnya, saya dan temen-temen harus kelayapan cari berita, termasuk memantau jalur Pantura. Belum lagi kalau terhalang macet di Tegal Gubuk, semacam pasar tumpah, yang konon merupakan bursa perdagangan kain terbesar di Asia Tenggara.
 
Yang menarik, setiap saat makan sahur, saya dibangunkan bukan oleh suara kentongan dan teriakan "sahuur..sahuur!", melainkan oleh suara nyanyian tarling khas Cirebon. Hebatnya, lagu-lagu tersebut dimainkan dengan alat musik lengkap (gitar & bass elektrik, tom-tom, tamborin) plus sound system yang didorong di atas roda. Bahkan kalau lagi mujur, ada penyanyi wanitanya juga:-)
 
Orang Cirebon menyebut kelompok musik musiman ini: OBROG. Biasanya mereka mulai beraksi sekitar jam 2 pagi, dan berkeliling sesuai daerah operasinya untuk membangunkan orang-orang yang akan bersantap sahur. Tak ada keharusan untuk membayar, kecuali kita ingin 'nanggap'. Tapi - ini uniknya - bukan berarti gratis. Soalnya, tepat di hari raya Lebaran, mereka akan berkeliling ke rumah-rumah di daerah operasi mereka untuk menagih upah lelah mereka selama bulan puasa. Tarifnya memang tidak ditentukan, yang penting memberi sebagai tanda 'terimakasih'. Dan rasanya tidak pernah ada yang mengeluh, baik yang memberi maupun yang diberi. Seolah-olah sudah ada semacam kesepakatan tidak tertulis di kalangan masyarakat Cirebon untuk tetap memelihara budaya OBROG ini.
 
Lebaran tahun itu saya memang tak bisa mudik, karena liputan berlangsung sampai arus balik, kira-kira 2 minggu sesudah hari raya. Itu kali pertama saya berlebaran di 'negeri orang' karena biasanya kerja di manapun selalu menyempatkan diri pulang kampung pada saat Hari Raya. Sedih juga sih, tidak bisa kumpul dengan keluarga. Untunglah, sebulan penuh saya dihibur OBROG. Jadi saya pikir, pasti masih lebih sedih orang yang ditinggal pacar, seperti yang kerap dilantunkan penyanyi OBROG, "Mengkenen rasane..ditinggal rabiee.."


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

Posting Dengan Comments Di Atas 500

Pernahkah Anda menulis di blog, lalu menuai comment hingga 500 lebih? Atau barangkali posting Anda sudah berusia setahun lebih tapi masih ada yang ngasih comment hingga hari ini? Kalau pernah, berarti Anda termasuk orang yang beruntung, karena tidak semua orang pernah mengalami hal itu.
 
Topik yang pas, momentum yang tepat, masalah yang diangkat termasuk fenomenal, barangkali merupakan beberapa dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi, agar tulisan kita mengundang minat banyak orang. Tapi sesungguhnya masih banyak lagi syarat lainnya, seperti style penulisan, originalitas ide maupun topik, dan tak kurang pentingnya juga...lucky alias keberuntungan.
 
Bukan satu dua kali saya menemukan tulisan yang bagus, baik dari segi style penulisan maupun gagasannya, tapi kurang peminat. Atau sebaliknya, yang tulisannya biasa-biasa saja tapi banyak yang baca. Maksud saya adalah, jangan sampai semangat kita menulis luntur gara-gara nggak ada yang baca. Jangan pula jadi males belajar nulis karena merasa tulisan kita banyak 'penggemar'nya sehingga kita merasa sudah hebat dan tidak perlu belajar lagi.
 
Kalau niat awal kita ngeblog adalah untuk belajar nulis, maka tujuan akhir kita tidak mutlak diukur oleh tingginya traffic ke blog kita, atau banyaknya comment atas tulisan kita. Kalau pun itu yang terjadi, bersyukurlah, karena itu hanya akibat. Yang lebih penting adalah kita mampu mempertahankan semangat dan kemauan kita untuk tetap menulis.
 
Tapi, tak bolehkah kalau orang suka dengan tulisan kita? Sangat boleh, bahkan HARUS, kalau itu bisa membuat kita lebih bersemangat. Apalagi jika bisa seperti Imponk misalnya. Ketika dia menulis tentang Yamisa - semacam yayasan yang dituduh menyelenggarakan money game - setahun yang lalu, hingga hari ini masih ada saja yang ngasih comment. Tahukah Anda jumlah comments di posting tersebut? 557 dan itu agaknya masih akan terus bertambah, karena hingga kini persoalan dana yang dijanjikan akan cair, masih menggantung.

 
The Beatles Blog


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 25, 2006

Ngabuburit

Kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda, artinya kurang lebih menunggu saat berbuka puasa. Padahal kata dasarnya sendiri sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan puasa. Burit berarti sore. Ngabuburit berarti menunggu sore, dan tadinya sih tidak harus bulan puasa saja. Karena buka puasa dilakukan di sore hari (maghrib) maka akhirnya ngabuburit pun dipersempit artinya menjadi: menunggu saatnya buka puasa.
 
Sejak kapan aktivitas ngabuburit mulai dilakukan orang? Tidak ada yang tahu secara pasti. Tapi kemungkinan besar sejak orang berpuasa di bulan Ramadhan, karena kegiatan ini memang  tujuannya untuk perintang-rintang waktu, biar nggak bosen nunggu waktu buka puasa. 
 
Banyak kegiatan yang dilakukan sebagai pengisi waktu di sore hari alias ngabuburit. Salah satunya misalnya program pesantren kilat yang digelar selama bulan Ramadhan. Kebanyakan memang dilakukan di sore hari. Sambil ngabuburit, sekaligus juga dapat tambahan ilmu keagamaan.
 
Tapi banyak juga aktivitas ngabuburit yang tidak ada kaitan langsung dengan nuansa keagamaan. Ya, ini sih benar-benar sekedar perintang-rintang waktu. Bisa jalan-jalan, bisa nongkrong di taman kota, baca buku, atau yang lainnya. Silakan pilih sendiri.
 
Sebetulnya memang tidak ada aturan yang mengatur kegiatan apa saja yang boleh dilakukan pada saat ngabuburit. Hanya saja, jangan sampai kegiatan ngabuburit ini mengurangi nilai ibadah puasa kita. Ngabuburit hanyalah aktivitas tambahan pada saat menjalankan ibadah puasa.Tujuannya agar kita tidak bosen menunggu saat buka puasa. Yang namanya aktivitas tambahan tentu tidak boleh mengalahkan aktivitas utama.
 
Pernah suatu ketika, di tahun 80-an akhir, digelar satu pertunjukan musik rock di Saparua Bandung, bertajuk Musik Ngabuburit. Saya berharap mendapat tontonan menarik yang benar-benar bisa membuat hati senang, sekaligus barangkali nuansa religius yang lebih terasa. Tapi apa yang saya lihat? Orang bebas makan minum dan merokok tepat di depan hidung orang yang lagi puasa. Banyak juga gadis-gadis yang berpakaian seksi dan menggoda hilir mudik.
 
Kegiatan utama yang sangat kental aspek religiusitasnya tersisihkan oleh aktivitas sampingan yang masuk hitungan sunat saja nggak, dan bahkan ternyata malah menimbulkan banyak godaan bagi yang sedang puasa. Ini terbalik, dan tentu saja tidak boleh terjadi. Dalam bahasa Sunda, diungkapkan dalam frasa singkat: cul dogdog tinggal igel.
 
Ngabuburit? Tidak ada yang melarang. Tapi, cari kegiatan ngabuburit yang tidak mengurangi kebaikan puasa kita. Bahkan akan lebih baik jika aktivitas itu justru menambah kebaikan, semangat dan - kalau bisa - pahala puasa kita. Selamat ngabuburit!


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 24, 2006

19 Tanda Kecanduan Internet

Saya menemukan tulisan ini di sini:

Berikut beberapa tanda-tanda kecanduan internet .
  1. Mas kawin yang Anda minta di hari pernikahan adalah seperangkat komputer dan modem. Tunai!
  2. Bel di rumah Anda bertuliskan "Click here to continue"
  3. Pintu kamar mandi Anda bertuliskan "This site contains Adult Material, please verify your age"
  4. Anda menanyakan apakah ada email baru untuk anda kepada Pak Pos yang mengantarkan kartu lebaran.
  5. Mimpi anda selalu berawal dengan http://www.
  6. Anda menggunakan search engine untuk mencari anak anda yang sudah tiga hari tidak pulang ke rumah.
  7. "Unable to locate your server!" kata Anda ketika menerima telepon salah sambung.
  8. Anak-anak Anda diberi nama Joko.gov agar kelak dia jadi pegawai negeri sipil dan Tole.edu agar kelak dia jadi mahasiswa abadi.
  9. Suara dengkuran Anda sudah persis mirip dengan suara Handshake modem.
  10. Anda susah menggerakan jari Anda karena Anda sudah online selama 36 jam.
  11. Anda menonton film "The Net" 63 kali.
  12. Ketika mobil Anda menyeruduk mobil lain di simpang jalan, yang pertama Anda cari adalah tombol UNDO.
  13. Istri Anda meletakan wig di atas monitor Anda untuk mengingatkan Anda seperti apa tampangnya.
  14. Anda memberi nama anak Anda Eudora, Netscape dan mIRC. Dan kalau anda lebih demokratis (tidak monopistis) anda akan memberi nama anak anda Linux atau distro-distronya.
  15. Anda memperkenalkan diri sebagai: youremail@y… atau www.domain.com
  16. Anda membuat tatoo di badan Anda "This body best viewed with Internet Explorer 5.5 or higher."
  17. Anda meninggalkan antrian tiket kereta api dengan berkata "request time out!!!"
  18. Ketika hidup anda mengalami depresi, anda akan sangat menyesal mengapa tubuh anda tidak dilengkapi dengan tombol Ctrl-Alt-Del.
  19. Anda membaca tulisan ini sampai habis.
Nah, coba dilihat lagi, siapa tahu semua atau sebagian dari tanda-tanda itu ada yang cocok dengan kondisi Anda saat ini :-)

SundaBlog


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 22, 2006

Selamat Menunaikan Ibadah Shaum

 
Puasa Yuuk.... - Buka Mulut


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 20, 2006

Kalau Mensesneg Nikah Lagi

Rika KatoEhm.. suit..suit!! Pak menteri yang ganteng ini memang pinter nyari pendamping. Nggak tanggung-tanggung, wanita yang dinikahinya ini masih sangat belia, 23 tahun! Hebaat..
 
Rika Tolentino Kato, remaja blasteran Filipina-Jepang ini, resmi dinikahi Mensesneg Yusril Ihza Mahendra. Ini merupakan pernikahan pertama bagi Rika, dan pernikahan kedua bagi Yusril. Rika yang punya akun di friendster ini, ternyata punya banyak penggemar. Paling tidak menurut detiknews.com ada seorang pria bernama Moore yang kerap memberikan testimoni dan mengungkapkan rasa cintanya lewat puisi.
 
Selain Moore, konon masih ada lagi pria yang terpikat kecantikan wanita yang sekarang nyonya menteri ini. Saat Rika di Malaysia, seorang pria terpesona melihat Rika di sebuah klub. Dia berharap suatu saat Rika datang lagi ke Kuala Lumpur.
 
Waduh, kalau saya jadi Pak Yusril, kira-kira cemburu nggak ya dengan hal-hal yang beginian?  He..he..resiko kaleeee...
 


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 19, 2006

Scrolling Hadits

Menanggapi comment Mas/Mbak Elmawar, berikut ini saya tuliskan script Scrolling Hadits, yang sebetulnya banyak terdapat di internet, terutama di situs-situs javascript gratisan. Ini juga saya modifikasi sendiri, sekalian belajar dikit-dikit :-). Mudah-mudahan bermanfaat.
 
Scrolling Hadits berisi sekitar 100 hadits. Ini tentu akan makan tempat, sehingga script hadits-nya sendiri saya simpan di web hosting lain, dan memanggilnya di blog. Caranya:
 
1. Download dulu scriptnya di sini, kemudian silakan di-upload  ke web hosting milik Anda, misalnya di http://www.geocities.com/NamaAnda. Setelah selesai di-upload, maka alamatnya akan menjadi http://www.geocities.com/NamaAnda/hadits.js 
 
2. Copy script di bawah ini, kemudian paste di blog/web Anda, tentu di tempat yang Anda inginkan.  
 
 
3. Alamat http://www.geocities.com/NamaAnda hanya contoh dan tentu harus Anda ganti sesuai dengan alamat web hosting tempat Anda menyimpan (meng-upload) file hadits.js tadi. Sedangkan hadits.js nya tentu tidak boleh diganti, karena nanti Scrolling Hadits nya tidak akan muncul.
 
Mohon maaf kalau ada salah-salah. Selamat mencoba.


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 18, 2006

Ebook Tentang N11 alias NII

Gerakan N11 alias NII dan alias-alias lainnya yang cukup menghebohkan beberapa tahun silam, ternyata kembali menghangat belakangan ini. Paling tidak itu yang tergambar di salah satu postingnya Dhika, termasuk berbagai komentar seputar isu tersebut.
 
Sekedar menambah referensi, saya punya ebook mengenai gerakan ini yang ditulis oleh Umar Abduh, seorang aktifis di CeDSoS (Center for Democracy and Social Justice), Jakarta. Melalui buku ini Abduh berupaya mengungkap berbagai hal yang disebutnya sebagai kezhaliman, kesesatan dan kejahatan di balik gegap-gempita pemberitaan seputar Ma’had Al-Zaytun, Haurgeulis, Indramayu, pimpinan Syaikh AS Panji Gumilang.
 
Menurutnya, buku ini ditulis sehubungan dengan banyaknya pengaduan dari masyarakat, baik secara individu maupun kelembagaan, tentang adanya berbagai penyimpangan yang sangat serius dalam gerakan tersebut.
 
Bagi yang ingin men-download, silakan klik di sini. Semoga bermanfaat.


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 17, 2006

Terimakasih

Cuma satu kata. Terimakasih. Tapi makna di balik kata ini tidak sesederhana yang kita bayangkan. Bukan sekedar jejeran 11 huruf yang membentuk kata tersebut jika dituliskan. Bukan pula sekedar bunyi yang terdengar jika kata tersebut diucapkan. Lebih dari itu, ada makna yang sangat kompleks di balik kata yang sering dianggap sederhana tersebut.
 
Keika dulu kita diajarkan untuk mengucapkan terimakasih kepada orang yang membantu atau menolong kita, maka sesungguhnya kita sedang diajarkan untuk mengekspresikan perasaan yang ada di hati kita setelah ditolong oleh orang lain, dalam bentuk kata yang terucap. Artinya, ucapannya sendiri hanyalah simbol dari perasaan seseorang. Maka, makna dari ucapan terimakasih itu sendiri menjadi sangat relatif, dan hanya bisa diukur oleh orang yang mengucapkannya, dan bukan oleh orang lain. Menilai kadar ketulusan ucapan terimakasih dari orang lain menjadi sesuatu yang mustahil, karena kita sesungguhnya hanya menebak-nebak.
 
Lalu apakah itu berarti bahwa ucapan terimakasih kita kepada orang lain menjadi sia-sia? Tentu tidak demikian, karena biar bagaimana pun kita hidup dengan simbol-simbol. Paling tidak, orang lain jadi mengetahui bahwa perbuatannya menolong kita adalah sesuatu yang berharga, ketika kita mengucapkan terimakasih, meski - tetap saja - orang tidak bisa menilai apakah kita mengucapkannya dengan tulus atau tidak.
 
Pertanyaannya, apakah rasa terimakasih hanya bisa diekspresikan lewat kata-kata? Anda pasti tahu persis, jawabannya adalah TIDAK. Banyak cara yang bisa dilakukan. Bisa saja rasa terimakasih kita diungkapkan dengan cara memberi imbalan berupa materi kepada orang yang menolong kita. Hanya saja perlu hati-hati, karena tidak sedikit orang yang justru akan tersinggung ketika kita menghargai pertolongannya dengan materi. Dan memang betul bahwa pertolongan seseorang, sekecil apa pun, pada hakikatnya tidak bisa dinilai dengan materi - uang misalnya.
 
Rasa terimakasih seorang boss kepada anak buahnya bisa saja 'cuma' berupa tepukan bangga di pundak yang bersangkutan. Rasa terimakasih seorang anak kepada orang tua bisa saja berupa sikap 'manis' dan penuh hormat, tutur kata yang lembut dan sebagainya. Rasa terimakasih orang tua kepada anak-anaknya yang berbakti tidak selalu identik dengan fasilitas serba mewah yang diberikan kepada anak-anaknya. Doa dan limpahan kasih sayang nilainya jauh melebihi apa yang sekedar berwujud materi.
 
Mewujudkan rasa terimakasih ke dalam berbagai bentuknya adalah pilihan-pilihan yang disesuaikan dengan kemampuan. Ketika ibu saya semakin lanjut usianya, saya merasa bahwa saya tidak punya banyak pilihan untuk mengungkapkan rasa terimakasih kepada beliau. Berbeda dengan kakak-kakak saya yang sudah hidup mapan, saya cuma punya tenaga untuk 'mengurus' beliau. Ketika kakak-kakak saya mencukupi kebutuhan beliau sebagai tambahan uang pensiun yang diterimanya setiap bulan, saya cuma bisa menghibur beliau ketika sedih, melayaninya ketika sakit, dan berupaya untuk tidak membuatnya kesal atau sedih. Kemampuan saya memang cuma itu.
 
Ketika manusia-manusia modern memilih untuk mengirim orang tua mereka ke Panti Wredha, saya berpendapat bahwa hal itu sangat tidak manusiawi. Mengingat apa yang sudah dilakukan ibu saya (juga ayah saya yang sudah meninggal) untuk mengurus dan membesarkan anak-anaknya, saya merasa bahwa sudah sepatutnya jika kami - anak-anaknya - tidak mempercayakan soal mengurus beliau di hari tuanya kepada orang lain. Ini bukan soal profesionalitas. Ini adalah soal perasaan, kasih sayang, dan niat yang melandasi suatu perbuatan. Bisa saja orang-orang di Panti Wredha lebih profesional, tapi kasih sayang seorang anak kepada orang tua tetap tidak akan bisa tergantikan oleh profesionalitas mereka.
 
Apakah saya meng-klaim bahwa apa yang saya lakukan ini merupakan bentuk sebuah ketulusan? Sebuah bentuk kasih sayang? Tidak berani saya menganggap demikian. Penilaian final bukan di tangan saya, apalagi Anda. Hanya Allah yang bisa menilai apa yang sesungguhnya ada di balik semua perbuatan yang saya - dan kami anak-anaknya - lakukan. Yang penting buat saya adalah berusaha untuk melakukan yang terbaik, menurut kemampuan saya yang serba terbatas. Cuma itu.

Tags: , , , , ,


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

Pelajaran Berharga

Pemahaman orang terhadap sesuatu dipengaruhi oleh kadar intelektualitas yang bersangkutan. Itu tidak bisa dipungkiri karena proses memahami memang perlu bekal. Paling tidak, persepsinya harus disamakan terlebih dahulu. Kalau persepsinya saja belum sama, maka proses memahaminya akan sulit. Jika ini belum terpenuhi, kerjasama, yang merupakan langkah berikutnya, akan lebih sulit lagi.
 
Seperti orang yang berlatih vocal group, sebelum nyanyi bareng-bareng, maka suaranya terlebih dahulu harus disamakan. Jika tidak, maka kacaulah lagu yang dinyanyikan. Hanya masalahnya, tidak setiap orang punya kemampuan untuk menyamakan suaranya dengan yang lain. Maka, mau tidak mau, orang yang ikutan vocal group haruslah orang yang memiliki kemampuan dasar menyanyi.
 
Kalau soal ini sudah terpecahkan, langkah selanjutnya adalah bekerjasama menciptakan harmoni sesuai dengan tujuan yang telah disepakati. Kemampuan bernyanyi secara individu dipadukan dalam harmoni bernyanyi secara kelompok, sehingga memunculkan sinergi yang jauh lebih dahsyat.
 
***
 
Ketika karena sesuatu hal saya harus balik ke kampung halaman, saya diminta untuk menata ulang program di sebuah stasiun radio yang baru beberapa bulan beroperasi. Di tengah kondisi yang - jujur saja - acak-acakan, saya harus bekerja keras membenahi program agar - sesuai permintaan sang pemilik - radio ini bisa 'bunyi' di tengah ketatnya persaingan antar radio di daerah yang menjamur belakangan ini.
 
Sebelum menerima permintaan itu, saya mensyaratkan beberapa hal, diantaranya:
 
Saya hanya mengurusi dan membenahi soal program, karena ini adalah produk 'jualan utama' sebuah stasiun radio. Kalau programnya sudah solid dan stabil, divisi lain akan lebih mudah menjalankan fungsinya.
 
Semua unsur yang terangkum di dalam soal program dan kepenyiaran harus punya keinginan untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuannya. Ini penting, selain untuk menyamakan persepsi, juga untuk meningkatkan kapabilitas, baik secara individu maupun secara kelompok, agar bisa 'berbeda' dari stasiun radio lain. Saya ingat pesan pak Temmy Lesanpura, seorang pakar radio di tanah air yang mengatakan, jika sebuah stasiun radio ingin survive di tengah mainstream 'keseragaman' mau tidak mau harus 'dare to be different'.
 
Jangan berharap bisa untung dalam waktu singkat. Stsiun radio beda dengan jualan roti atau toko bahan bangunan misalnya. Jika bisa BEP dalam waktu 3 tahun, itu sudah prestasi yang luar biasa. Kalau ingin cepet-cepet dapat untung, jangan terjun di bisnis radio.
 
Ketika semua setuju, saya mulai 'kerja keras'. Program, style siaran termasuk pernak-perniknya seperti station ID, standar kata, spot iklan, jingle dll dipermak abis. Dan untuk itu saya bersedia tidak digaji. Asli, kerja bakti:-)
 
***
 
Dalam perjalanannya yang belum genap setahun, kesepakatan itu mulai goyah. Pemilik, dan orang-orang di sekitarnya mulai gelisah ketika keinginan untuk segera menuai laba 'seperti orang jualan roti' kembali muncul. Padahal saat itu saya sudah mulai berhasil menciptakan positioning radio tersebut. Orang mulai gampang membedakan radio kami dengan radio lain, hanya dengan mendengar statio ID atau style siaran. Sungguh, ini adalah sebuah awal yang bagus dalam rangka positioning, sekaligus menciptakan brand image. Sayang sekali banyak yang nggak sabaran, dan mungkin juga nggak mau tahu, mengingat mereka ini benar-benar newbie soal bisnis radio.
 
Meski janji saya sebelumnya hanya berkutat pada urusan program, tapi pada prakteknya saya juga memberi berbagai masukan soal marketing. Dan celakanya, justru divisi inilah yang tetap tersendat-sendat. Jujur saja, ini bukan bidang saya, karena tadinya saya berharap divisi inilah yang seharusnya aktif mendukung kebijakan program. Kerjasama dua divisi ini - program dan marketing - menjadi ujung tombak dalam bisnis radio. Jika salah satu nggak jalan, maka jalan yang dilalui akan lebih sulit. Dan justru inilah yang terjadi.
 
Manajemen sudah tidak sabaran lagi untuk menuai untung, sementara marketing jalan di tempat. Di sisi lain, kebutuhan teknis standar sebuah radio seperti ruang produksi, kelengkapan ruang siaran yang memadai berikut pernak-perniknya, power pemancar, antena standar, hingga saat ini belum juga dipenuhi pihak manajemen. Bahkan fungsi divisi produksi saja (yang menangani soal produksi siaran), selama ini menggunakan properti pribadi (komputer plus peralatan) milik saya. Padahal di sisi lain, tuntutan agar radio bisa segera 'menghasilkan' dari pihak manajemen semakin menguat.
 
Dengan kondisi radio yang masih prematur, saya beranggapan bahwa tuntutan seperti ini sangat mengada-ada, selain juga sudah keluar dari kesepakatan sebelumnya. Apalagi ada kesan bahwa kondisi ini adalah gara-gara perombakan program yang notabene merupakan program yang saya gagas. Ini juga yang tadinya sempat saya khawatirkan. Betapa pemahaman kolektif yang saya syaratkan ternyata belum terpenuhi, sehingga muncullah persepsi 'liar' seperti itu.
 
Kondisi seperti ini membuat saya tidak bisa konsentrasi lagi. Maka, dengan berat hati, saya harus mengambil keputusan. Saya harus melepas posisi yang belum genap setahun saya duduki (tanpa gaji) ini. Terlepas dari kurangnya dukungan standar yang saya harapkan, biar bagaimanapun ini adalah sebuah pengalaman berharga bagi saya pribadi. Bahwa pemahaman kolektif terhadap suatu konsep, fasilitas, keajegan menjalankan konsep yang disepakati, kerjasama antar divisi, kearifan manajemen, merupakan hal penting dalam rangka mencapai tujuan kolektif.
 
Yang lebih penting lagi, buat saya pribadi, apa pun yang kita alami selalu menyisakan manfaat, pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik. Semuanya selalu berharga.


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 14, 2006


Barangkali bisa dicoba, bikin pengumuman pake humor dikit-dikit..:-) Ngomong-ngomong, apa yang kita pikirkan seringkali berlebihan ya? Diangka begini, ternyata begitu :-)  Posted by Picasa


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

Birthday

You say it's your birthday
It's my birthday too--yeah
They say it's your birthday
We're gonna have a good time
I'm glad it's your birthday
Happy birthday to you.
 
- The Beatles
 
Baru ngeh, hari ini ternyata hari ketika sekian waktu yang lalu aku terlahir kedunia. Dan yang agak luar biasa, harinya juga sama dengan hari ketika aku dilahirkan.
 
Ulang tahun memang bukan sesuatu yang biasa dirayakan di keluargaku. Jadi ya kesannya biasa-biasa saja. Bahkan seringkali lupa atau kelewat. Seperti kali ini juga, baru sadar ketika ada sms nyelonong malem-malem, ngucapin selamat.
 
Yang penting adalah bagaimana menjadikan saat ini sebagai momentum untuk tafakur, kontemplasi, sekaligus evaluasi atas semua yang sudah dijalani sepanjang hidup ini. Menakar kualitas diri adalah hal terpenting sebagai bekal menapak langkah berikutnya.
 
Yang jelas, hari ini hitungan usiaku bertambah, dan jatah hidupku berkurang setahun. Terimakasih ya Allah, beri aku petunjuk untuk memanfaatkan jatah yang tersisa. Amiin.


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

Ngapain Sih Ngeblog?

Pertanyaan seperti ini sering terlontar. Bukan cuma orang lain yang nanya kayak begini. Bahkan saya sendiri, kadang-kadang bertanya kepada diri sendiri. Ya, ngapain sih ngeblog? Rasanya kok nggak ada untungnya sama sekali. Yang ada cuma cape. Mikir buat nulis. Keluar duit buat akses internet. Tapi apa benar cuma itu? Ayo kita lihat lagi.
 
Mikir, nyari bahan tulisan, bikin tulisan. Capek? Mmm..iya sih, capek juga. Tapi saya jadi inget nasihat seseorang. Katanya, pisau yang tajam itu bukan karena disimpen alias didiemin, tapi karena dipake dan diasah. Nulis adalah salah satu aktivitas otak (selain fisik juga, karena nuliskan pake tangan..) yang dilakukan agar otak kita nggak cepet tumpul.. Kalau kita disiplin, misalnya diusahain paling nggak nulis seminggu sekali, otomatis otak kita akan terpacu untuk selalu berpikir. Lumayan lah, daripada didiemin terus, kan lama lama bisa lemot..
 
Keluar duit? He..he..di Indonesia, apa sih yang gratis? Apa-apa juga bayar. Jadi mau apa lagi? Yang penting adalah ngatur jam online kita. Bikinlah jadwal, dan patuhi. Misalnya setengah jam sehari. Itu aja yang dipake panduan. Jangan mentang-mentang lagi nanggung, terus kebablasan sampe 2 jam misalnya. Kita sendiri yang repot nantinya, terutama pas harus bayar telpon :-) Pengen lebih ngirit? Carilah blog provider gratisan yang membolehkan kita ngirim tulisan via email. Blogspot misalnya. Lebih irit karena cuma butuh waktu 2 atau 3 menit untuk upload tulisan. Naskahnya sendiri dibikin secara offline, dikirim pake email client semacam Outlook atau Outlook Express. Beresss!
 
Nambah temen? Ya..ya betul juga sih. Tapi hati-hati, jangan sampai ini malah jadi obsesi. Yang dipikirin tiap hari malah gimana caranya buat dapetin temen sebanyak-banyaknya biar bisa dipamerin di blogroll. He..he..bukan nggak boleh, tapi kalo itu jadi tujuan utama kok jadi aneh ya? Logikanya jangan dibalik. Kalau kita nulis bagus, mudah-mudahan temennya tambah banyak. Bukan: kalau kita banyak temen, mudah-mudahan nulisnya bagus :-)
 
Buat saya pribadi, nulis di blog memberi kebebasan yang tidak saya dapat di media konvensional. Ketika kita menulis di blog yang menjadi rambu dalam menulis hanyalah etika dan kesopanan. Soal isi, soal bahasa, terserah kita, nggak bakalan ada yang melarang. Bicara apa saja, ngomong apa saja, nggak ada yang ngatur-ngatur, kecuali diri kita sendiri. Bahkan secara prinsip, bisa aja ngomong nggak sopan dll. Tapi INGAT, kita bakal dijauhin orang-orang!
 
Sementara kalau kita menulis untuk media konvensional, belum apa-apa kita sudah mikir, media ini pembacanya siapa ya? Gaya bahasa media ini seperti apa ya? Bahkan, redakturnya siapa ya? Atau, nulis tentang apa ya? Tulisan kita dimuat nggak ya?
 
Untuk penulis yang sudah 'jadi', pembatasan-pembatasan seperti itu mungkin nggak masalah. Tapi buat penulis pemula, alias yang lagi belajar nulis seperti saya, terlalu banyak rambu yang mesti diingat dan dipatuhi bahkan sebelum menulis, malah bikin nulisnya nggak jadi-jadi. Takut ini lah, takut itu lah. Kalau belum apa-apa udah banyakan takutnya, kapan mau nulisnya?
 
So, buat yang udah ngeblog, keep on writing! Buat yang belum, ayo dong.. Jangan takut salah. Jangan kalah sama anak kecil yang belajar jalan. Yang ada di pikiran mereka, bukan bagaimana kalau jatuh, tapi bagaimana caranya supaya bisa jalan. Itu saja. Nah, kalau orang lain bisa nulis di blog, kenapa kita nggak?
 
Makanya, pertanyaan "Ngapain sih ngeblog?" mendingan kita ganti aja dengan "Ngapain sih nggak ngeblog?" Setuju?

 
bukubagus® eBook


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 13, 2006

Malangnya Nasib Konsumen Indonesia

Tidak bisa disangkal bahwa selama ini konsumen di Indonesia selalu berada di pihak yang lemah, dan seringkali tidak memiliki posisi tawar (bargaining position) sama sekali. Dieksploitasi demi keuntungan sebesar-besarnya, sementara hak-haknya justru dikebiri.
 
Semua itu bisa terjadi karena banyak sebab. Salah satu diantaranya adalah tidak adanya niat baik dari kalangan pengusaha atau produsen. Dan perilaku seperti itu bukan cuma milik perusahaan kecil dan menengah. Perusahaan besar seperti TELKOM misalnya, seringkali melakukan hal yang sama, meski bentuknya bisa saja berbeda.
 
Saya yang tinggal di sebuah kota kecil, sejak sekitar tahun 90-an akhir saya menjadi pelanggan TELKOM, telepon rumah yang menggunakan teknologi WLL. Tidak menggunakan kabel, melainkan via satelit, karena belum tersedia sambungan kabel. Telepon jenis ini menggunakan daya dari rumah konsumen, melalui alat penyimpan daya (semacam batere isi ulang), sehingga jika mati lampu, telepon masih bisa berfungsi selama beberapa saat. Celakanya, kinerja PLN di kampung tidak seperti di kota. Listrik sering mati, bahkan kalau sedang kumat bisa sampai 10 kali dalam sehari. Dan itu pun tanpa pemberitahuan sama sekali.
 
Suatu ketika, kurang lebih dua tahunan yang lalu, puluhan antena telepon produk TELKOM ini tersambar petir. Akibatnya, alat penyimpan daya (batere isi ulang, ini istilah saya saja) rusak dan tidak berfungsi. Cepat tanggap, petugas TELKOM segera mendatangi rumah-rumah dan mengganti alat tersebut dengan yang baru. Bisa ditebak, mereka menggantinya dengan alat BEKAS, dan luar biasanya: TIDAK BERFUNGSI!! Jadi ketika listrik mati, telepon langsung putus. Entah ini permainan oknum karyawan TELKOM, entah ini kebijakan TELKOM secara institusi.
 
Belakangan, sekitar 2 bulan yang lalu, ada pemasangan telepon baru. Kali ini telepon kabel. Satu fakta lagi terungkap. Selama ini hak saya untuk bisa mengakses internet dengan kecepatan wajar telah direnggut. Dengan WLL kecepatan akses menggunakan modem dial-up 56 Kb, hanya berkisar antara 12 hingga 14 Kb per detik. Setelah menggunakan telepon kabel, kecepatan akses mendekati normal, berkisar antara 53 hingga 56 Kb per detik. Jika dihitung, berapa kerugian yang saya alami selama sekian tahun menjadi pelanggan? Jumlahnya akan sangat besar! Apalagi jika kerugian semua pelanggan yang mengalami hal yang sama dihitung juga.
 
***
 
Pernahkah Anda belanja di suatu toko, dan di nota pembelian yang Anda terima tertulis: "Barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan" ? Ini kita angggap sesuatu yang biasa, dan jika ternyata sesampai di rumah barang yang kita beli ternyata cacat, kita tidak bisa apa-apa, karena merasa sudah "terikat" secara hukum dengan pernyatan di nota pembelian itu. Padahal, pancantuman pernyataan seperti itu pada nota pembelian, adalah sebuah tindakan KRIMINAL! Nggak percaya? Silakan tanya ahli hukum yang benar-benar ngerti hukum. Dan penjual yang membuat pernyataan seperti itu pada nota pembelian, bisa dituntut secara pidana, karena tindakannya jelas-jelas merugikan dan tidak menghargai hak-hak konsumen.
 
Di salah satu stasiun televisi, KH. Toto Tasmara, seorang ustadz, bercerita tentang pengalamannya berbelanja di Amerika. Alkisah, dia membeli barang di sebuah toko. Transaksi terjadi, barang dibawa ke rumah. Belakangan ternyata ada salah seorang pembeli yang melaporkan ke toko tersebut bahwa barang yang dibelinya ternyata cacat. Tokonya sendiri baru mengetahui hal itu dari si pelapor. Apa yang dilakukan toko tersebut? Pihaknya menelusuri satu persatu data orang-orang yang membeli produk itu. Didapatlah data bahwa ada 40 orang yang diperkirakan cacat itu. Maka diteleponlah satu per satu ke 40 orang itu dan diminta mengembalikan barang yang sudah dibelinya, dengan penggantian 2 kali lipat dari harga barang tersebut. Padahal ternyata juga dari ke 40 barang yang sudah dibeli itu, hanya satu yang cacat, yakni barang yang dibeli oleh si pelapor. Meski demikian, toko itu tetap mengganti semuanya, sebagai penebus keteledoran dan ketidaktelitian mereka sehingga ada barang cacat yang lolos dari pengawasan mereka.
 
Sungguh bertolak belakang dengan apa yang terjadi di kita. Penjual biasanya merasa sangat beruntung kalau berhasil menjual barang yang sebenarnya cacat. Ini adalah cara berpikir yang sangat cupet dan sempit. Mereka, para penjual itu, nekat mempertaruhkan nama baik bisnis mereka untuk keuntungan sesaat. Yang lebih esenial adalah, konsumen belum mendapatkan hak-hak mereka untuk mendapatkan yang terbaik. Hingga saat ini, konsumen masih menjadi objek dari hegemoni produsen/pedagang.
 
***
 
Di supermarket, seringkali kita melihat harga barang yang ditulis dengan dua digit di belakang koma. Misalnya, Rp. 29.975. Dengan kata lain harganya adalah Rp. 30.000 kurang Rp. 25. Padahal uang pecahan Rp. 25 ini sudah nggak ada. Apa yang terjadi ketika kita membayar dengan uang sebesar Rp. 30.000? Kasir ngasih kembalian dengan PERMEN! Dan itu tanpa basa-basi sedikit pun. Padahal kita tahu, proses jual beli yang sah adalah ketika hal itu dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran yang sah, yakni uang. Apakah permen sudah naik derajatnya menjadi alat pembayran yang sah di Indonesia? Padahal saya yakin, jika kita belanja ke toko yang bersangkutan lalu membayar dengan permen seharga barang yang kita beli, dijamin mereka akan menolak. 
 
***
 
Yang saya kemukakan tadi hanya beberapa contoh dari bentuk-bentuk pelecehan hak-hak konsumen yang selama ini sering terjadi di Indonesia. Pertanyaan saya, kapan mereka akan INSYAF? Kapan konsumen di Indonesia akan memperoleh hak-hak mereka secara wajar? Ini semua tidak akan pernah terwujud selama penguatan posisi konsumen tidak diperjuangkan. Diperlukan kesadaran dari semua pihak untuk memperbaiki semua itu, agar tercipta kesetaraan antara produsen/penjual dan konsumen. Memang semua itu butuh waktu. Tapi kalau tidak dimulai sekarang, mau kapan lagi?


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 11, 2006

The Greatest Big Sale in The World

Tak terasa ya? Sudah hampir Ramadhan lagi. Coba lihat di side-bar, tinggal berapa hari lagi? Yang langsung kepikiran menjelang Ramadhan biasanya kolak, makanan yang manis-manis, dan baju Lebaran. Ayoo..bener nggak? Ngaku aja...:-)

Belum apa-apa, biasanya kita sudah jalan-jalan ke mall, toko, atau apa pun namanya, buat
ngintip, kira-kira baju mana ya yang pas buat Lebaran tahun ini? Sepatunya juga. Yang lain-lainnya juga. Kan kata pak Ustadz juga, di hari Raya Iedul Fitri, semua menjdi manusia-manusia baru. Masa sih manusia baru, kok nggak pake baju baru...:-)
 
Hidup memang membuat kita betah, bahkan kadang-kadang lupa diri. Apalagi jika kita menjalani kehidupan yang nyaman dan menyenangkan menurut ukuran manusia. Banyak uang, kerja mapan, punya keluarga lengkap dsb. Bahkan sebenarnya, se-sengsara apa pun hidup kita, kalau boleh memilih, rasanya kebanyakan tetap akan memilih hidup lama dan berumur panjang.
 
Tidak ada yang salah dengan hal itu. Berumur panjang akan merupakan anugerah jika digunakan untuk melakukan hal-hal yang baik. Tapi, hati-hati, karena ini akan menjadi bencana ketika sebagian besar hidup kita digunakan untuk hal-hal yang tidak disukai Tuhan.
 
Dan betapa baiknya Tuhan, karena sejahat apa pun manusia, selalu saja diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, menghapus dosa, sepanjang kita masih bisa bernapas. Ampunan, rahmat, pahala tetap disediakan bagi siapa pun, selama kita mau memperbaiki diri.
 
Salah satu kesempatan besar yang ditawarkan Tuhan adalah bulan Ramadhan ini. Jika toko-toko berlomba-lomba menggelar cuci gudang, big sale, dll., maka selama sebulan penuh setiap tahun, Tuhan menggelar semacam The Greatest Big Sale in The World yang pasti membuat orang ngiler, jika saja semua tahu kebaikan-kebaikan dan kelebihan bulan Ramadhan, yang hingga kini belum - dan tidak akan pernah - ada tandingannya. Segala macam big sale di toko-toko itu jadi nggak ada artinya sama sekali dibandingkan dengan big sale versi Tuhan.
 
Pahala untuk amal baik yang nilainya ratusan kali lipat dibanding bulan-bulan lainnya, sungguh akan membuat kita jadi sangat kaya secara spiritual, jika saja kita bisa memanfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya. Ada kesempatan besar untuk mendapatkan ampunan atas dosa -dosa yang kita lakukan. Dan masih banyak lagi kehebatan-kehebatan lainnya yang hanya bisa diperoleh di bulan yang sangat istimewa ini.
 
Secara ruhani(spiritual) kita akan menjadi terlatih untuk mengendalikan diri, sekaligus menjadi lebih dekat dengan Yang Maha Menciptakan Kita. Belum lagi keuntungan yang akan kita peroleh secara fisik. Dengan puasa, tubuh punya kesempatan untuk memperbaiki sistem metabolismenya. Sudah banyak bukti bahwa puasa yang dilakukan dengan benar, bahkan bisa menyembuhkan penyakit tertentu.
 
Dengan segudang kelebihan bulan Ramadhan ini, aneh rasanya jika kita melewatkannya begitu saja. Kesempatan besar yang datangnya hanya setahun sekali ini sayang sekali bila disia-siakan. Jadi, mumpung masih ada beberapa hari sebelum masuk bulan Ramadhan, alangkah baiknya jika kita mempersiapkan diri menyambutnya. Bertanya kepada orang yang ngerti tentang cara-cara terbaik memanfaatkan setiap detik istimewa di bulan Ramadhan, misalnya. Juga mempersiapkan fisik kita, agar nanti puasa kita tidak kedodoran. Jangan cuma nyiapin buat Lebaran aja yang dipikirin :-)
 
Ayo, ayo..! The Ramadhan's Greatest Big Sale! Siapa mau?!
 
SundaBlog


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 10, 2006

A Day in The Life

Saya tidak dilahirkan di zaman kejayaan The Beatles. Tapi The Beatles jelas-jelas telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Ketika banyak orang menjadi maniac beatles, saya tidak sampai ke situ, karena berbagai keterbatasan. Cukup mengoleksi MP3 dari 13 album 'standar' The Beatles - itu juga baru belakangan ini - dan tidak sampai harus bela-belain mengejar koleksi sampai ke luar negeri. Bootlegs? Saya tidak punya. Bahkan saya juga tidak punya satu pun memorabilia atau  pernak pernik The Beatles lainnya.
 
Meski demikian, saya harus mengakui bahwa The Beatles - dalam hal ini lagu-lagunya - menjadi salah satu 'alat' yang mempermudah saya dalam bergaul. Yup, saya punya banyak teman, salah satunya juga karena itu. Apalagi kalau kebetulan kita masuk ke lingkungan yang orang-orangnya termasuk penggemar The Beatles. Nyanyi-nyanyi, main gitar, sambil ngobrol ngalor ngidul, biasanya lebih mempermudah saya untuk masuk ke sebuah lingkungan sosial yang baru sekali pun.
 
Saya ingat, ketika masih kelas 2 SMP, saya nyanyi Ticket to Ride di acara perpisahan kelas tiga. Pernah ngamen (masih SMP juga) nyanyinya lagu-lagu The Beatles. Mulai main band agak serius di usia SMA, gonta-ganti jenis musik, yang nyantol tetep lagu-lagu The Beatles. Kuliah, bahkan setelah lulus, bersama temen-temen tetap bawain lagu-lagu The Beatles, yang membuat saya bersentuhan dunia entertainment di kafe-kafe di Bandung. Bahkan sampai ke Jakarta beberapa kali, walau pun kalau dihitung-hitung tidak ada keuntungan secara materi karena lebih sering main nggak dibayar:-) The Beatles membuatku pernah hapal di luar kepala sekitar 150-an lagu The Beatles (sekarang jauh berkurang karena nggak main band lagi...).
 
Sebatas itu saja. Jangan tanya saya soal lagu ini di album apa, soal latar belakang dibikinnya sebuah lagu, dsb. Bahkan ulang tahun personnelnya saja saya nggak tahu. Yang saya ingat paling-paling tanggal ditembaknya John Lennon oleh Mark David Chapman, 8 Desember 1980. Itu juga kalau tidak salah.
 
Ketika band bitelan (begitulah saya dan kawan-kawan menyebutnya) kami bubar karena berbagai alasan, saya pernah nyoba bikin lagi dengan temen-temen yang lain. Ternyata susah, karena bawain lagu mereka bukan cuma soal skill, tapi juga soal 'hati'. Buat saya sih begitu, entah buat yang lain.
 
Belakangan ini saya iseng-iseng ikutan di sebuah milis The Beatles, walau pun cuma jadi lurker. Itu cukup membuat nyaman, karena ada kesan (atau mungkin ini cuma perasaan saya saja) mereka-mereka yang ada di dalamnya kebanyakan lebih sering pameran 'ilmu' atau pun koleksi The beatles yang mereka miliki ketimbang berbagi. Tidak ada yang salah sih. Saya cuma kurang sreg saja dengan gaya seperti itu. Secara prinsip, buat saya nggak ada masalah, karena tetep dapet ilmu gratis dari mereka, tanpa mereka perlu tahu.
 
Penggemar The Beatles cowok semua? Jangan salah! Banyak perempuan yang menyukai The Beatles. Bahkan siapa tahu banyakan cewek dibanding cowok, mengingat jumlah penduduk dunia katanya didominasi perempuan. Ah,lagipula apa bedanya?
 
Buat saya pribadi, menyukai - kalau istilah mencintai terlalu romantis - sesuatu, tidak selalu harus ditunjukkan dengan cara menggebu-gebu. Menyukai The Beatles tidak selalu harus ditunjukkan dengan mempertontonkannya secara vulgar. Entah kenapa, saya lebih suka sikap low profile. Buat saya, The Beatles itu lebih untuk dinikmati (lagu-lagunya) ketimbang untuk dipamer-pamerkan.
 
Link pada sebuah comment di blog saya, membuat saya tertarik mengunjunginya. Pennylane dan A Day in The Life, itu adalah judul-judul lagu milik The Beatles. Dan disudut kanan blog itu ada kutipan dari lagu The End, "And in the end, the love you take, is equal to the love we make.." Ah, Anda suka The Beatles rupanya. Dan Anda tidak merasa perlu untuk mengatakan, "Saya penggemar The Beatles lho!"
 
Menyukai The Beatles memang tidak selalu identik dengan gembar-gembor seperti yang dilakukan kebanyakan orang.
 
The Beatles Blog


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 09, 2006

Agatha Christie (1891 - 1976)

Agatha Christie - BukaMulut
Agatha Christie lahir di Torquay, termasuk wilayah Devon, Inggris. Ayahnya meninggal ketika dia masih kecil, dan Christie belajar di rumah. Ibunya mengarahkan dia untuk menulis di usianya yang masih anak-anak. Pada usia 16 ia dikirim ke Paris untuk belajar nyanyi dan piano. Christie menjadi pianis yang handal namun sifat pemalu dan suka demam panggung menjadi penghambat baginya untuk berkarir di musik. Ketika ibunda Christie membawanya ke Kairo di musim dingin, ia memanfaatkan waktunya untuk menulis novel. Atas dorongan Eden Philpotts, tetangga dan sahabatnya di Torquay, ia mencurahkan waktunya untuk menulis hingga beberapa cerpennya diterbitkan.
 
Tahun 1914 Christie menikah dengan Archibald Christie, seorang perwira di Flying Royal Corps; dan dikaruniai seorang puteri, Rosalind, di tahun 1919. Selama Perang Dunia I Christie bekerja di Rumah Sakit Palang Merah di Torquay sebagai petugas apotik, yang memberinya pengetahuan tambahan mengenai racun. Hal ini sangat berguna baginya ketika ia mulai menulis cerita misteri. Novel pertama Christie, The Mysterious Affair at Styles, memperkenalkan tokoh Hercule Poirot, seorang detektif Belgia, yang muncul pada lebih dari 40 bukunya, dan terakhir muncul di buku Curtain (1975).
 
Poirot adalah tokoh yang ramah dan lucu dengan kepala berbentuk telur. Tokoh detektif rekaan Christie lainnya adalah Miss Marple, seorang nenek berstatus gadis yang sangat tergantung pada sensitivitas dan empati kewanitaannya dalam memecahkan kasus kejahatan. Ia lahir dan tinggal di kampung St. Mary Mead. Marple muncul dalam 17 novel, yang pertama berjudul Being Murder At The Vicarage (1930) dan yang terakhir adalah Sleeping Murder (1977). Konon karakter ini didasarkan pada figur sang nenek dari Agatha Christie sendiri.
 
Selama 56 tahun Christie telah menulis 66 novel detektif. Beberapa novel terbaiknya antara lain, The Murder of Roger Acroyd, Murder On The Orient Express (1934), Death On The Nile (1937) and Ten Little Indians (1939). Selain itu, Christie juga menulis otobiografi (1977), dan beberapa naskah drama, termasuk The Mousetrap, yang dimainkan secara terus menerus selama lebih dari 30 di London, dan telah ditampilkan sebanyak 8,862 kali di Ambassadors Theatre.
 
Pernikahan Christie berantakan di tahun 1926. Archie Christie, yang bekerja di kota, menyatakan bahwa dia telah jatuh cinta kepada seorang gadis yang lebih muda, Nancy Neele. Perceraiannya diputuskan di tahun 1928, dan dua tahun kemudian Christie menikah dengan  arkeolog Max Mallowan. Ia bertemu dengan lelaki ini dalam perjalanannya ke Timur Tengah di tahun 1927, dan menemani sang arkeolog dalam penggalian situs di Siria dan Irak. Belakangan, Christie menggunakan setting yang eksotik ini dalam novelnya Murder In Mesopotamia (1936) dan Death on the Nile (1937). Petualangan arkeologisnya dikisahkan dalam Come Tell Me How You Live (1946).
 
Mallowan yang seorang  Katolik dan empat belas tahun lebih muda dari Christie ini merupakan salah seorang arkeolog terkemuka di zamannya. Berbicara soal perkawinannya, Christie berkata dalam satu wawancara: "Arkeolog adalah suami terbaik bagi para wanita. Semakin tua sang istri, semakin besar ketertarikan sang suami kepadanya." Mallowan bekerja di Irak pada tahun 1950-an, namun kembali ke Inggris ketika kondisi kesehatan Christie semakin memburuk.
 
Periode paling produktif Christie dimulai pada penghujung 1920-an. Selama tahun 1930-an ia menerbitkan empat novel misteri non serial, empatbelas novel Poirot, dua novel Miss Marple, dua buku Superintendent Battle, satu buku cerita yang menampilkan Harley Quin dan buku lainnya yang menampilkan tokoh Mr. Parken Pyne, serta dua naskah drama asli. Tahun1936 ia menerbitkan buku pertama dari enam novel roman psikologi dengan menggunakan nama samaran Mary Westmacott.
 
Selama Perang Dunia II Christie bekerja di apotik University College Hospital di London. Setelah perang berakhir ia kembali menulis secara produktif, sekaligus memperoleh sukses di panggung pertunjukan dan layar perak. Witness for the Prosecution, sebagai contoh, terpilih menjadi drama asing terbaik di musim pertunjukan 1954-55 oleh New York Drama Critics Circle.
 
Drama tersebut dipentaskan di London pada bulan Oktober 1953 dan menjelang Desember 1954, dipentaskan di Broadway. Diantara sekian banyak kisah yang diadaptasi ke film adalah Murder on the Orient Express (1974), disutradarai oleh Sidney Lument, dengan Albert Finney berperan sebagai Poirot, serta Death on the Nile (1978), dengan Peter Ustinov sebagai Poirot.
 
Pada tahun 1967 Christie menjadi presiden British Detection Club, dan di tahun 1971 ia dianugerahi Dame of the British Empire. Christie meninggal tanggal 12 Januari 1976 di Wallingford, Oxfordshire. Dengan lebih dari 100 novel dan 103 terjemahan ke dalam berbagai bahasa asing , menjelang kematiannya Christie merupakan penulis novel Inggris terlaris sepanjang masa.
 
Naskah asli bahasa Inggris: http://christie.thefreelibrary.com
Terjemahan                    : Tata Danamihardja

Technocrati Tags: , ,


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

Negeri Setengah Dongeng

Sebetulnya sih di kepala saya hanya ada dua jenis negeri, yakni negeri dongeng dan negeri kenyataan. Tapi entah kenapa, belakangan ini saya cenderung ingin menambahkan satu kategori lagi, negeri setengah dongeng.
 
Kita, tentu saja secara de facto tinggal di sebuah negeri yang nyata senyata-nyatanya. Ada rakyatnya, ada pemimpinnya, ada segala macamnya, yang merupakan syarat hadirnya sebuah negara. Tapi jujur saja, meski kita ada di sebuah negeri nyata, seringkali kita disuguhi kenyataan-kenyataan yang - kalau bukan keajaiban - seyogianya hanya ada di negeri dongeng.
 
Lihat saja, ketika di UUD 45 dikatakan bahwa orang miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, kenyataannya kita melihat banyak sekali orang miskin dan anak-anak terlantar yang hidup di jalanan. Kalau tidak salah, menurut data statistik, Indonesia memiliki 40 juta warga miskin dari sekitar 200-an juta jumlah penduduk. Jangan lupa, ini data statistik, yang kenyataannya bisa saja jauh lebih besar dari angka itu. Bukankah ini sebuah keajaiban yang sepatutnya hanya ada di negeri dongeng?
 
Atau coba perhatikan betapa di Indonesia banyak sekali orang-orang sakti yang kebal hukum. Jawara koruptor paling 'kahot' di Indonesia, hingga saat ini tidak pernah tersentuh hukum, meski dosanya mungkin menggunung. Dan orang sakti, seharusnya hanya ada di negeri dongeng.
 
Bahwa negara berkewajiban menyediakan pendidikan bagi semua warganya, semua sudah tahu. Tapi siapa pula yang tidak mafhum bahwa biaya pendidikan begitu mahal dan malah SEMAKIN MAHAL dari hari ke hari? Sekolah saat ini menjadi MIMPI YANG TAK TERBELI dalam bahasa Iwan Fals. Rasanya bagi kebanyakan warga Indonesia, mimpi untuk sekolah saja sudah tidak berani.
 
Jadi, salahkah saya kalau seringkali merasa hidup di dua dunia: dunia nyata dan dunia dongeng?
 
Mungkin kalau suatu saat saya ada rezeki pergi ke luar negeri, kemudian ditanya asal negara, rasanya cukup gagah kalau saya menjawab: "Saya dari Negeri Setengah Dongeng.." Dan saya biarkan si penanya bingung, sebingung saya yang sekian lama mencari-cari nikmatnya tinggal di negeri sendiri.
 
Maafkan saya, hingga kini belum ketemu!
 

Technocrati Tags: , ,


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 08, 2006

Asal Bunyi!!

AsalBunyi

Asal Bunyi? Ah katanya sih nggak boleh ya? Tapi kadang-kadang yang nggak boleh itu malah asyik.. Jadi, ya nggak apa-apa lah.. sekali-sekali.. Bukankah bunyi - yang asal sekalipun - adalah salah satu alat bagi kita untuk berkomunikasi?
Technocrati Tags: , , , ,


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 06, 2006

Gaji orang Indonesia

Dua orang sedang terlibat obrolan. Satu orang Eropa dan satunya, sudah tentu orang Indonesia. Orang Indonesia bertanya pada orang Eropa, "Berapa gajimu dan untuk apa saja uang sejumlah itu?"
 
Orang Eropa menjawab, "Gaji saya 3.000 Euro, 1.000 euro untuk tempat tinggal, 1.000 Euro untuk makan, 500 Euro untuk hiburan."
"Lalu sisa 500 Euro untuk apa?" tanya orang Indonesia. Orang Eropa menjawab dengan ketus, "Oh ... itu urusan saya, Anda tidak berhak bertanya!"
 
Kemudian orang Eropa berbalik bertanya. "Kalau Anda bagaimana?"
 
"Gaji saya Rp 950 ribu, Rp 450 ribu untuk tempat tinggal, Rp 350 ribu untuk makan, Rp 250 ribu untuk transport, Rp 200 ribu untuk sekolah anak, Rp 200 ribu untuk bayar cicilan pinjaman, ... Rp 100 ribu untuk...."
 
Penjelasan orang Indonesia terhenti karena orang Eropa menyetop penjelasan itu dan langsung bertanya. "Uang itu jumlahnya sudah melampui gaji Anda. Sisanya dari mana?" kata orang Eropa itu keheranan.
 
Apa jawab orang Indonesia? 
 
Dengan entengnya dia manjelaskan, "Begini Mister, tentang uang yang kurang, itu urusan saya, Anda tidak berhak nanya-nanya!!"
 
SundaBlog


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 05, 2006

Teman dan Bekas Teman

Pola hubungan antar manusia lazim disebut hubungan pertemanan. Dalam bahasa sehari-hari, orang yang berhubungan baik dengan kita, cukup disebut teman. Teman waktu di TK, teman SD, teman SMP, teman SMA, teman kuliah, teman sepermainan, teman sekantor, teman kencan, teman sekasur, teman kerja, teman (rekan) bisnis, teman di lingkungan rumah, teman main dan sebagainya.
 
Hubungan pertemanan itu tak selamanya harmonis. Kadang-kadang terjadi gesekan-gesekan yang menyebabkan hubungan tersebut merenggang. Masalah bisa muncul dari lingkungan di sekitar kita, dari kita, dari teman kita, atau kedua-duanya. Ini adalah sesuatu yang wajar dan bahkan ketika sudah baikan kembali, malahan kadang-kadang bisa mempererat hubungan pertemanan. Tapi bisa juga sebaiknya, jika masalah penyebab keretakan itu tergolong "berat".
 
Juga jangan pernah berharap bahwa hubungan pertemanan akan abadi, jika pertemanan yang dimaksud adalah pertemanan biasa. Maksud saya di luar pertemanan khusus yang terikat dalam tali perkawinan misalnya. Teman, main,teman sekolah atau kuliah, biasanya sebagian besar akan semakin menjauh satu sama lain karena banyak hal. Kesibukan pekerjaan, jarak secara fisik, jarak dalam hal status sosial, diakui atau tidak akan mempengaruhi tingkat kedekatan antar teman.
 
Saya punya teman yang ketika kuliah dulu sama-sama "melarat", pernah kos-kosan bareng, makan di warteg dll. Lama tidak ketemu, secara tidak sengaja saya mendapat nomor teleponnya dari seorang teman yang lain. Karena merasa bahwa dulunya termauk teman karib, saya SMS dia, basa-basi, nanya kabar dsb. Tapi saya lumayan kaget, karena tanggapannya terkesan seperti tidak mau diganggu, bahkan tidak terngar nada senang ketemu teman lama. Secara tersirat dia seolah-olah ingin mengatakan bahwa teman-teman lamanya adalah "bekas teman" dan menjadi bagian dari sebuah dunia yang ingin dikuburnya dalam-dalam.
 
Sempet sebel juga sih, tapi lama-lama saya harus maklum. Ya itulah, namanya juga teman. Setelah sekian lama tidak ketemu, mungkin banyak hal yang merubah sikapnya, pandangan-pandangan hidupnya, nilai-nilai yang dianutnya, dan sangat mungkin juga status sosialnya. Kadang-kadang ada orang yang merasa takut terbongkar "kemelaratannya" di masa lalu, dan tidak ingin hal itu "ditelanjangi" di hadapan teman-teman di lingkungan status sosialnya saat ini. Atau mungkin takut terganggu privasinya, apalagi ketika dia tahu bahwa teman lamanya itu sedang membutuhkan pekerjaan misalnya. Dia takut terbebani perasaan harus menolong "bekas" temannya, sementara dia tidak memiliki kapasitas untuk melakukan hal itu.
 
Tentu tidak semua seperti itu. Ada juga teman-teman yang sikapnya tetap sama seperti dulu, bahkan ketika mereka sudah jadi "orang" misalnya. Mereka yang masuk kategori ini, bahkan tidak segan-segan "membongkar" masa lalu mereka di depan teman-teman dilingkungan barunya. Mereka tidak merasa risih atau malu ketika harus bercerita masa-masa kuliah yang serba pas-pasan, harus ngutang makan di warung dll. Yang masuk di kategori ini menganggap bahwa teman-teman lamanya tetap merupakan teman mereka juga saat ini, meski status sosialnya mungkin saja berbeda.
 
Tapi yang paling penting dari semua itu, kita bisa belajar banyak hal. Minimal kita bisa menilai apakah seseorang memiliki kematangan dalam bersikap atau tidak. Orang-orang yang matang biasanya tidak gampang kaget oleh kondisi-kondisi yang dialaminya, dan tidak mudah tergerus nilai-nilai pribadinya dalam hal cara pandang, sikap, dan gaya hidup. Termasuk keajegan dalam memelihara tali persahabatan dengan teman-teman lamanya. Dan yang pasti, jika kita merasa kurang sreg dengan sikap seorang teman terhadap kita, tentu kita tidak akan melakukan hal yang sama kepada teman kita lainnya. Itu kalau kita mau belajar.


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!

September 04, 2006

Pria Itu Seperti Karet Gelang

Ya, pria itu seperti karet gelang. Saat menarik diri, mereka hanya bisa mulur sejauh mereka dapat mengerut kembali. Karet gelang adalah kiasan sempurna untuk memahami siklus keakraban laki-laki. Siklus ini meliputi mendekat, menarik diri, kemudian mendekat lagi.
 
Kebanyakan wanita terkejut saat menyadari bahwa pria yang mencintai seorang wanita pun secara berkala perlu menarik diri sebelum dapat lebih mendekat. Pria secara naluri merasakan dorongan untuk menarik diri itu. Ini bukan keputusan atau pilihan. Ini terjadi begitu saja, dan bukan kesalahan siapa-siapa.
 
Kaum wanita menyalahartikan sikap menarik diri pria karena umumnya wanita menarik diri untuk alasan-alasan berbeda, misalnya bila ia tidak yakin pria itu dapat memahami perasaan-perasaannya, bila ia pernah dilukai hatinya atau takut dilukai lagi, atau bila pria pernah melakukan kesalahan dan mengecewakannya.
 
Pria dapat menarik diri karena alasan-alasan yang sama, tapi juga bila wanita tidak membuat kesalahan sekalipun. Ia bisa saja meencintai dan mempercayai si wanita, dan kemudian tiba-tiba mulai menarik diri. Seperti karet gelang, ia akan menjauhkan diri, kemudian kembali karena kemauannya sendiri.
 
Pria menarik diri untuk memuaskan kebutuhannya akan kebebasan atau otonomi. Setelah mulur, secara tiba-tiba ia akan berbalik kembali. Setelah memisahkan diri sepenuhnya, tiba-tiba ia kembali merasakan kebutuhan akan cinta dan kehangatan. Secara otomatis ia akan terdorong untuk memberikan cintanya dan menerima cinta yang diperlukannya. Saat pria mendekat kembali, ia melanjutkan hubungan pada tingkat kehangatan yang sama dengan saat ia menarik diri. Ia merasa tidak perlu mengulangi hubungan dari awal lagi.
 
Bila pria tak punya kesempatan untuk menarik diri, ia takkan pernah berkesempatan merasakan keinginan kuat untuk berdekatan. Penting bagi wanita untuk memahami bahwa apabila mereka memaksa ingin terus menerus berdekatan atau 'memburu-buru' pria pasangannya yang sedang menarik diri; pria itu akan senantiasa mencoba melarikan diri dan menjauhkan diri; ia tak pernah punya kesempatan untuk merasakan dorongan cinta yang kuat.
 
Pria mulai merasakan kebutuhan akan kemandirian dan kebebasan setelah memuaskan kebutuhan mereka akan kehangatan. Saat pria mulai menarik diri, biasanya wanita mulai panik. Padahal sesungguhnya tak perlu, jika ia menyadari bahwa setelah pria menarik diri dan memuaskan kebutuhannya akan otonomi, pria biasanya secara tiba-tiba ingin berhubungan lebih erat lagi. Pria secara otomatis berubah-ubah antara membutuhkan kedekatan dan kemandirian.
 
Intinya, wanita tak perlu panik ketika pasangannya terkesan menjauhkan diri. Bersikaplah wajar, dan tunggulah saatnya sang arjuna kembali lagi ke pelukan Anda dengan kehangatan yang sama seperti sebelumnya.
 
Source: Man Are From Mars, Women Are From Venus
John Gray, Ph.D
 
bukubagus® eBook


Saatnya mendapatkan hak kita. Surfing dibayar. Referring temen juga dibayar. Daftar GRATIS! Di Agloco, nggak ada biaya tersembunyi. 100% GRATIS!!